Nimrud (bahasa Arab: كال)
adalah nama yang diberikan oleh orang Arab untuk
kota kuno Asyur, Kalhu (= Kalah di Alkitab),
yang terletak di sebelah selatan Mosul pada sungai Tigris
di bagian utara Mesopotamia. Arkeolog menyebut kota ini Nimrud
menurut nama raja Nimrod
yang tercatat dalam Alkitab sebagai seorang pemburu yang terkenal (lihat Kejadian
10:11-12, Mikha 5:5,
dan 1 Tawarikh
1:10). Kota ini dikenal sebagai Kalah (Kalakh) dalam Alkitab.
Kota ini membentang pada area 360
hektar (890 acres). Reruntuhannya ditemukan dalam jarak 1 kilometer dari desa
Asyur modern Noomanea di Kegubernuran Ninawa, Irak. Terletak sekitar 30
kilometres (19 mi) di sebelah tenggara Mosul.
Peta Nimrud, Karya Felix Jones (1920) |
- Sejarah
Raja Asyur Salmaneser I (1274
SM – 1245 SM) membangun Kalhu (Kalah/Nimrud) selama masa Kekaisaran
Asyur Pertengahan. Namun, kota kuno Assur tetap menjadi
ibukota Asyur, sejak kira-kira 3500 SM.
Sejumlah sejarawan seperti Julian Jaynes,
percaya bahwa tokoh Alkitab Nimrod (yang namanya berabad-abad kemudian dipakai oleh orang
Arab untuk menamai kota ini) diilhami oleh tindakan raja Asyur sesungguhnya Tukulti-Ninurta I (1244-1207 SM),
putra Salmaneser I, dan seorang penakluk kuat. Yang lain percaya nama itu
diturunkan dari dewa Asyur Ninurta, yang mempunyai pusat pemujaan utama di
Kalhu /Nimrud.
Kota ini menjadi terkenal setelah
raja Ashurnasirpal II dari Kekaisaran Asyur Baru (883 SM - 859 SM)
menjadikannya ibukota menggantikan Ashur. Ia membangun istana
dan kuil-kuil besar di kota yang kemudian menjadi reruntuhan selama Zaman
Kegelapan dari pertengahan abad ke-11 sampai pertengahan abad ke-10 SM.
Upacara pembukaan dengan
keramaian dan perjamuan mewah pada tahun 879 SM dituliskan pada suatu
prasasti yang ditemukan pada ekskavasi arkeologi. Kota ini dihuni oleh sekitar
100.000 penduduk dan juga mempunyai kebun raya dan kebun
binatang. Putranya, Salmaneser
III (858–824 SM),
membangun monumen yang dikenal sebagai Ziggurat
Raksasa, dan sebuah kuil yang berhubungan.
Kalhu menjadi ibukota Kekaisaran
Asyur pada masa pemerintahan Shamshi-Adad V (822-811
SM), Adad-nirari III (810-782 SM), Ratu Semiramis (810-806
SM), Adad-nirari III (806-782 SM), Salmaneser IV (782 -
773 SM), Ashur-dan III (772-755
SM), Ashur-nirari V (754-746
SM), Tiglat-Pileser III (745-727 SM) dan Salmaneser V (726-723
SM). Tiglat-Pileser III secara khusus
mendirikan banyak bangunan di kota dan juga memperkenalkan bahasa Aram timur
sebagai lingua franca di seluruh kekaisaran.
Namun pada tahun 706 SM Sargon II (722-705
SM) memindahkan ibukota kekaisaran ke Dur Sharrukin,
dan setelah kematianya, Sanherib (705-681 SM) memindahkannya ke Niniwe. Kota
ini tetap menjadi kota besar dan tempat kediaman raja sampai dihancurkan
sebagian besar pada waktunya jatuhnya kekaisaran Asyur di tangan pasukan gabungan
bekas bangsa taklukannya termasuk orang Babel, Kasdim, Madai, Persia, Skit dan Kimeria (antara 616
SM dan 605 SM)
Kegubernuran Ninawa di mana reruntuhan
Nimrud ditemukan, masih menjadi pusat populasi penduduk asli Asyur di Irak yang
sekarang seluruhnya adalah orang Kristen berbahasa Aram timur, sampai hari ini.
Nama Nimrud dalam kaitan dengan
situs ini nampaknya pertama kali digunakan dalam tulisan Carsten Niebuhr, yang mengunjungi Mosul pada bulan
Maret 1760.
- Arkeologi
Situs ini pertama kalinya
dilaporkan oleh seorang pengelana Britania Claudius James Rich pada
tahun 1820, sesaat sebelum kematiannya. Ekskavasi di Nimrud pertama kali
dilakukan oleh Austen Henry Layard, yang bekerja dari tahun 1845
sampai 1847 dan dari tahun 1849 sampai 1851. Waktu itu Layard percaya situs itu
adalah bagian dari kota Niniwe, dan publikasi ekskavasinya diberi label
demikian. Kemudian pekerjaan diserahkan kepada Hormuzd Rassam, seorang
Asyur asli, pada tahun 1853-54 dan kemudian W.K. Loftus pada tahun 1854-55.
Stele dari Nimrud |
Setelah George Smith bekerja
sesaat lamanya di situs itu pada tahun 1873 dan Rassam kembali ke sana pada
tahun 1877 sampai 1879, Nimrud ditinggalkan dan tidak disentuh selama hampir
60 tahun. Sebuah British School of Archaeology di Irak
mengirim tim yang dikepalai oleh Max Mallowan melanjutkan
penggalian di Nimrud pada tahun 1949. Pekerjaan dilanjutkan sampai tahun 1963
ketika David Oates menjadi direktur pada tahun 1958 dilanjutkan oleh Julian
Orchard pada tahun 1963.
Pekerjaan selanjutnya dilakukan
oleh Directorate of Antiquities of the Republic of Iraq (1956,
1959–60, 1969–78 dan 1982–92), Janusz Meuzynski (1974–76), Paolo Fiorina
(1987–89) bersama Centro Ricerche Archeologiche e Scavi di Torino yang
berfokus terutama padaFort Shalmaneser, dan John Curtis (1989). Dari
tahun 1974 sampai kematiannya yang mendadak pada tahun 1976 Janusz Meuszynski,
direktur proyek Polish Center for Mediterranean Archaeology, dengan izin
dari tim ekskavasi Irak, mendokumentasikan seluruh situs dalam film — slide 35
mm dan film cetak hitam putih 120 mm. Setiap pahatan yang terdapat di sana,
termasuk yang jatuh, bagian-bagian hancur yang tersebar di ruangan-ruangan pada
situs itu difoto. Meuszynski juga mengatur bersama arsitek proyeknya, Richard
P. Sobolewski, untuk meneliti situs dan mencatatnya dalam peta dan ketinggian. Istana-istana Ashurnasirpal II, Salmaneser
III, dan Tiglat-Pileser III sudah berhasil
ditemukan lokasinya. Prasasti Obelisk Hitam Salmaneser
III yang terkenal ditemukan oleh Layard pada tahun 1846. Layard
dibantuk oleh Hormuzd Rassam. Monumen itu berdiri setinggi
enam kaki setengah dan memperingati kemenangan raja itu dalam berbagai
peperangan pada tahun 859–824 SM. Berbentuk seperti menara kuil di atasnya
dan berakhir pada tiga anak tangga. Pada satu panel, orang Israel yang dipimpin
oleh raja Yehu digambarkan
membayar upeti dan menyembah di tanah di kaki raja Salmaneser III, yang
melakukan pemujaan kepada dewanya. Teks kuneiform pada obelisk itu berbunyi
"Yehu putra Omri",
dan menyebut hadiah dari emas, perak, timah hitam, dan tombak-tombak.
- Harta karun Nimrud
"Treasure of Nimrud"
("harta karun Nimrud") digali pada ekskavasi ini merupakan suatu
koleksi 613 biji perhiasan emas dan batu-batu mulia. Berhasil diselamatkan dari
kekacauan dan penjarahan arkeologi setelah serangan tahun 2003 pada Irak.
Disimpan dalam suatu kotak penyimpanan di bank dan diketemukan kembali setelah
12 tahun disimpan, pada tanggal 5 Juni 2003.
- Patung-patung raksasa dipindahkan ke London
Pada tahun 1847 setelah menemukan
lebih dari separuh dusin pasangan patung raksasa singa atau banteng bersayap
yang dikenal sebagai lamassu dengan berat mencapai 30 short tons
(27 t) Henry Layard membawa dua patung raksasa
seberat 10 short tons (9.1 t) masing-masing termasuk satu singa dan satu
banteng ke London. Setelah 18 bulan dan hampir terkena musibah, ia
berhasil membawanya ke British
Museum.
Lamassu dari Nimrud (British Museum) |
- Ancaman terhadap Nimrud
Berbagai monumen di Nimrud
sekarang terancam oleh cuaca buruk di Irak. Kurangnya atap pelindung berarti
pahatan-pahatan kuno ini mudah tererosi oleh pasir yang ditiup angin serta
hujan keras musiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar