Jumat, 06 Maret 2015

Kota Kuno Nimrud

Nimrud (bahasa Arab: كال) adalah nama yang diberikan oleh orang Arab untuk kota kuno Asyur, Kalhu (= Kalah di Alkitab), yang terletak di sebelah selatan Mosul pada sungai Tigris di bagian utara Mesopotamia. Arkeolog menyebut kota ini Nimrud menurut nama raja Nimrod yang tercatat dalam Alkitab sebagai seorang pemburu yang terkenal (lihat Kejadian 10:11-12, Mikha 5:5, dan 1 Tawarikh 1:10). Kota ini dikenal sebagai Kalah (Kalakh) dalam Alkitab.
Kota ini membentang pada area 360 hektar (890 acres). Reruntuhannya ditemukan dalam jarak 1 kilometer dari desa Asyur modern Noomanea di Kegubernuran NinawaIrak. Terletak sekitar 30 kilometres (19 mi) di sebelah tenggara Mosul.
Peta Nimrud, Karya Felix Jones (1920)

  • Sejarah

Raja Asyur Salmaneser I (1274 SM – 1245 SM) membangun Kalhu (Kalah/Nimrud) selama masa Kekaisaran Asyur Pertengahan. Namun, kota kuno Assur tetap menjadi ibukota Asyur, sejak kira-kira 3500 SM.
Sejumlah sejarawan seperti Julian Jaynes, percaya bahwa tokoh Alkitab Nimrod (yang namanya berabad-abad kemudian dipakai oleh orang Arab untuk menamai kota ini) diilhami oleh tindakan raja Asyur sesungguhnya Tukulti-Ninurta I (1244-1207 SM), putra Salmaneser I, dan seorang penakluk kuat. Yang lain percaya nama itu diturunkan dari dewa Asyur Ninurta, yang mempunyai pusat pemujaan utama di Kalhu /Nimrud.
Kota ini menjadi terkenal setelah raja Ashurnasirpal II dari Kekaisaran Asyur Baru (883 SM - 859 SM) menjadikannya ibukota menggantikan Ashur. Ia membangun istana dan kuil-kuil besar di kota yang kemudian menjadi reruntuhan selama Zaman Kegelapan dari pertengahan abad ke-11 sampai pertengahan abad ke-10 SM.
Upacara pembukaan dengan keramaian dan perjamuan mewah pada tahun 879 SM dituliskan pada suatu prasasti yang ditemukan pada ekskavasi arkeologi. Kota ini dihuni oleh sekitar 100.000 penduduk dan juga mempunyai kebun raya dan kebun binatang. Putranya, Salmaneser III (858–824 SM), membangun monumen yang dikenal sebagai Ziggurat Raksasa, dan sebuah kuil yang berhubungan.
Kalhu menjadi ibukota Kekaisaran Asyur pada masa pemerintahan Shamshi-Adad V (822-811 SM), Adad-nirari III (810-782 SM), Ratu Semiramis (810-806 SM), Adad-nirari III (806-782 SM), Salmaneser IV (782 - 773 SM), Ashur-dan III (772-755 SM), Ashur-nirari V (754-746 SM), Tiglat-Pileser III (745-727 SM) dan Salmaneser V (726-723 SM). Tiglat-Pileser III secara khusus mendirikan banyak bangunan di kota dan juga memperkenalkan bahasa Aram timur sebagai lingua franca di seluruh kekaisaran.
Namun pada tahun 706 SM Sargon II (722-705 SM) memindahkan ibukota kekaisaran ke Dur Sharrukin, dan setelah kematianya, Sanherib (705-681 SM) memindahkannya ke Niniwe. Kota ini tetap menjadi kota besar dan tempat kediaman raja sampai dihancurkan sebagian besar pada waktunya jatuhnya kekaisaran Asyur di tangan pasukan gabungan bekas bangsa taklukannya termasuk orang Babel, Kasdim, Madai, Persia, Skit dan Kimeria (antara 616 SM dan 605 SM)
Kegubernuran Ninawa di mana reruntuhan Nimrud ditemukan, masih menjadi pusat populasi penduduk asli Asyur di Irak yang sekarang seluruhnya adalah orang Kristen berbahasa Aram timur, sampai hari ini.
Nama Nimrud dalam kaitan dengan situs ini nampaknya pertama kali digunakan dalam tulisan Carsten Niebuhr, yang mengunjungi Mosul pada bulan Maret 1760.
  • Arkeologi

Situs ini pertama kalinya dilaporkan oleh seorang pengelana Britania Claudius James Rich pada tahun 1820, sesaat sebelum kematiannya. Ekskavasi di Nimrud pertama kali dilakukan oleh Austen Henry Layard, yang bekerja dari tahun 1845 sampai 1847 dan dari tahun 1849 sampai 1851. Waktu itu Layard percaya situs itu adalah bagian dari kota Niniwe, dan publikasi ekskavasinya diberi label demikian. Kemudian pekerjaan diserahkan kepada Hormuzd Rassam, seorang Asyur asli, pada tahun 1853-54 dan kemudian W.K. Loftus pada tahun 1854-55.
Stele dari Nimrud
Setelah George Smith bekerja sesaat lamanya di situs itu pada tahun 1873 dan Rassam kembali ke sana pada tahun 1877 sampai 1879, Nimrud ditinggalkan dan tidak disentuh selama hampir 60 tahun. Sebuah British School of Archaeology di Irak mengirim tim yang dikepalai oleh Max Mallowan melanjutkan penggalian di Nimrud pada tahun 1949. Pekerjaan dilanjutkan sampai tahun 1963 ketika David Oates menjadi direktur pada tahun 1958 dilanjutkan oleh Julian Orchard pada tahun 1963.
Pekerjaan selanjutnya dilakukan oleh Directorate of Antiquities of the Republic of Iraq (1956, 1959–60, 1969–78 dan 1982–92), Janusz Meuzynski (1974–76), Paolo Fiorina (1987–89) bersama Centro Ricerche Archeologiche e Scavi di Torino yang berfokus terutama padaFort Shalmaneser, dan John Curtis (1989). Dari tahun 1974 sampai kematiannya yang mendadak pada tahun 1976 Janusz Meuszynski, direktur proyek Polish Center for Mediterranean Archaeology, dengan izin dari tim ekskavasi Irak, mendokumentasikan seluruh situs dalam film — slide 35 mm dan film cetak hitam putih 120 mm. Setiap pahatan yang terdapat di sana, termasuk yang jatuh, bagian-bagian hancur yang tersebar di ruangan-ruangan pada situs itu difoto. Meuszynski juga mengatur bersama arsitek proyeknya, Richard P. Sobolewski, untuk meneliti situs dan mencatatnya dalam peta dan ketinggian. Istana-istana Ashurnasirpal IISalmaneser III, dan Tiglat-Pileser III sudah berhasil ditemukan lokasinya. Prasasti Obelisk Hitam Salmaneser III yang terkenal ditemukan oleh Layard pada tahun 1846. Layard dibantuk oleh Hormuzd Rassam. Monumen itu berdiri setinggi enam kaki setengah dan memperingati kemenangan raja itu dalam berbagai peperangan pada tahun 859–824 SM. Berbentuk seperti menara kuil di atasnya dan berakhir pada tiga anak tangga. Pada satu panel, orang Israel yang dipimpin oleh raja Yehu digambarkan membayar upeti dan menyembah di tanah di kaki raja Salmaneser III, yang melakukan pemujaan kepada dewanya. Teks kuneiform pada obelisk itu berbunyi "Yehu putra Omri", dan menyebut hadiah dari emas, peraktimah hitam, dan tombak-tombak.
  • Harta karun Nimrud

"Treasure of Nimrud" ("harta karun Nimrud") digali pada ekskavasi ini merupakan suatu koleksi 613 biji perhiasan emas dan batu-batu mulia. Berhasil diselamatkan dari kekacauan dan penjarahan arkeologi setelah serangan tahun 2003 pada Irak. Disimpan dalam suatu kotak penyimpanan di bank dan diketemukan kembali setelah 12 tahun disimpan, pada tanggal 5 Juni 2003.
  • Patung-patung raksasa dipindahkan ke London

Pada tahun 1847 setelah menemukan lebih dari separuh dusin pasangan patung raksasa singa atau banteng bersayap yang dikenal sebagai lamassu dengan berat mencapai 30 short tons (27 t) Henry Layard membawa dua patung raksasa seberat 10 short tons (9.1 t) masing-masing termasuk satu singa dan satu banteng ke London. Setelah 18 bulan dan hampir terkena musibah, ia berhasil membawanya ke British Museum.
Portal Guardian from Nimroud. British Museum.jpg
Lamassu dari Nimrud (British Museum)
  • Ancaman terhadap Nimrud


Berbagai monumen di Nimrud sekarang terancam oleh cuaca buruk di Irak. Kurangnya atap pelindung berarti pahatan-pahatan kuno ini mudah tererosi oleh pasir yang ditiup angin serta hujan keras musiman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar