Berbagai kisah misteri memang sangat
menarik untuk diungkap, seperti halnya delapan gunung ini. Sebab beberapa
gunung yang ada di pulau Jawa ini masih sangat kental dengan kisah misterinya.
Untuk lebih jelasnya yuk langsung simak yang berikut!
1. GUNUNG
MERAPI
Sejak zaman dahulu, misteri
Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah ini memang
menarik perhatian dan sering dibicarakan masyarakat. Misteri ini tidak lepas
dari segala hal gaib yang terkadang menjadi ciri khas gunung ini. Gunung Merapi
sendiri adalah salah satu gunung vulkanik teraktif di Indonesia.
Penunggu Merapi
Misteri Gunung Merapi tidak bisa
lepas dari kepercayaan banyak orang bahwa di gunung itu hidup berbagai makhluk
halus yang sekaligus menjadi penguasanya. Menurut penduduk setempat, Eyang
Merapi adalah raja para makhluk halus di Merapi. Penduduk setempat mempercayai
bahwa Eyang Sapu Jagad merupakan jin penguasa Merapi yang menentukan apakah
gunung akan meletus atau tidak. Karenanya di jaman dulu, Raja Yogyakarta sering
memberi sesaji agar Eyang Sapu Jagad tidak marah.
Sementara Eyang Megantara
dipercayai sebagai pengendali cuaca di sekitar Gunung Merapi. Nyi Gadung Melati
dipercaya sebagai pimpinan para makhluk halus wanita dan bertugas untuk menjaga
kesuburan tanaman di wilayah tersebut. Eyang Antalboga dipercaya sebagai
penjaga keseimbangan Gunung Merapi di permukaan bumi. Mbah Petruk dipercaya
sebagai pemuka jin yang akan memberi tanda tentang kapan Merapi akan meletus.
Kyai Sapu Angin dipercaya menjaga ternak dan semua hewan di Gunung Merapi.
Makhluk halus yang satu ini sangat akrab di telinga penduduk setempat, karena
jin ini sering mendatangi penduduk.
Pasar Bubrah
Cerita gaib lainnya yang cukup
membuat merinding adalah pasar makhluk halus. ini juga merupakan misteri Gunung
Merapi yang cukup dikenal masyarakat luas. Menurut cerita almarhum Mbah Marijan,
Setiap malam Jumat akan ada pasar Bubrah yang merupakan pasar para makhluk
halus. Setiap malam jumat akan terdengar kegaduhan mirip pasar seperti pasar
pada umumnya. Suara alunan gamelan dan gending (musik/lagu) Jawa akan kedengar.
Ada beberapa pendaki Gunung Merapi yang sudah membuktikan kebenaran mitos Pasar
Bubrah ini.
Seperti daerah angker lainnya,
Gunung Merapi terkadang meminta tumbal. Misteri Gunung Merapi ini memang sulit
dipercaya bagi orang di luar kawasan Merapi. Namun realitasnya, beberapa pendaki
menjadi korban di Gunung Merapi. Penduduk percaya bahwa itu merupakan tanda
bahwa penguasa Merapi sedang menginginkan tumbal. Penduduk setempat mempercayai
bahwa tumbal yang akan diambil penguasa Merapi adalah orang yang bertabiat
buruk maupun orang yang membuatnya marah.
Awan Mbah
Petruk
Sebelum terjadi erupsi pada awal
bulan November tahun 2010, masyarakat setempat digemparkan oleh penampakan awan
Mbah Petruk yang berhasil tertangkap kamera oleh seorang warga Magelang bernama
Suswanto. Terdapat cerita menarik yang sempat beredar di masyarakat tentang
awan Mbah Petruk yang terlihat menoleh ke kanan. Petruk sendiri adalah salah
satu tokoh pewayangan Jawa yang sering diibaratkan sebagai seorang rakyat. Saat
dimainkan oleh dalang, wajah Petruk biasanya selalu menoleh ke kiri. tidak
hanya itu, awan Mbah Petruk yang mengarah ke selatan juga merupakan pertanda
bahwa kemarahannya akan lebih difokuskan ke wilayah selatan Merapi. Akhirnya
pada 5 November 2010, sesuai kepercayaan masyarakat akan pertanda dari awan
Mbah Petruk, terjadi erupsi Gunung Merapi dengan letusan dahsyat dan
menimbulkan banyak korban.
2. GUNUNG
SUMBING
Hasil pemetaan penunggu Gunung
Sumbing yang sangat misterius itu merupakan suatu pengalaman fenomental dan
subyrktif. Pemetaan ini merupakan kolaborasi hasil diskusi antara pendaki yang
senang menikmati atmosfir mistis Gunung Sumbing. Berikut hasil pemetaan yang
pernah dilakukan sekelompok pendaki yang tidak mau disebutkan namanya :
Kilometer 1-2
Perjalanan kilometer 1-2 akan
melewati sebuah jembatan. Di jembatan itu, terdapat banyak makhluk berjejer
dengan segala bentuk. Termasuk raksasa besar berwarna hitam yang dipercaya
sebagai penunggu utama Gunung Sumbing.
Kilometer 2-4
Perjalanan memasuki kilometer 2
yang didominasi oleh lahan penduduk dan juga hutan belukar yang menyatu dengan
pepohonan pinus. Ketika memasuki hutan belukar, Para pendaki mulai mencium bau
rokok kemenyan yang sering dihisap oleh simbah-simbah dijawa. Ternyata
disepanjang jalan itu banyak makhluk yang mirip orang-orang tua yang sedang
duduk menghisap rokok menyan.
Kilometer 4-Pasar
Watu
Kilometer 4-5, medan semakin
sulit dan terjal. Karena itu, para pendaki harus mengikuti jalan air yang
berpasir. Semakin tinggi, bentuk makhluk halus yang menghuni Gunung Sumbing
adalah menyerupai manusia. pada kilometer ini, mereka bertemu dengan orang tua
bersorban dan berjanggut putih layaknya seorang pertapa.
Pasar Watu-Tanah
Putih
Di pasar watu, sesosok wanita
berambut panjang menampakan diri. Menurut salah seorang dari mereka, ia adalah
sundel bolong. Begitu pula di Watu Kotak, ada beberapa wanita dan ibu-ibu
berasanggul dan juga orang tua berjubah putih. Di perjalanan Watu Kotak ke
Tanah Putih, mereka melihat sesosok pertapa berpakaian hitam sedang duduk
bersila.
3. GUNUNG LAWU
Gunung lawu bersosok angker dan
menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya, yakni: Harga Dalem, Harga
Dumilah, dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di tanah
jawa. Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pemasoksan Prabu
Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki
Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat misterius yang sering
dipergunakan sebagai ajang kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon katanya Gunung Lawu
merupakan pusat kegiatan spiritual di tanah jawa dan berhubungab erat dengan
tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan sura (muharam)
yang dilakukan oleh keraton Yogyakarta.
Siapapun yang hendak pergi
kepuncaknya, maka harus berbekal pengetahuan perihal wewaler
(peraturan-peraturan) yang tertulis yakni larangan-larangan rertentu untuk
tidak melakukan sesuatu baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila
pantangan ini dilanggar, maka pelaku bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini
misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut yakni: Sendang Inten,
Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat
Kepanasan (cakrasurya), dan Pringgadani. Bagaimana situasi Majapahit
sepeninggalan Sang Prabu Bhrawijaya? Konon sebagai pengganti tugas kerajaan
adalah pangeran Katong. Figur ini dimitoskan sebagai seorang sakti yang muksa
di Ponorogo. Suatu wilayah Gunung Lawu di lereng tenggara.
4. GUNUNG KELUD
Nama Gunung Kelud berasal dari
jarwadhasak, yakni dari kata "ke" (kebak=penuh) dan "lud"
(ludira=darah). Hal ini berarti bila murka, kelud bisa merenggut banyak korban
jiwa tak berdosa. Menurut kepercayaan penduduk sekitar kawah, Gunung Kelud
dijaga sepasang buaya putih yang konon merupakan jelmaan bidadari.
Legenda menceritakan, zaman
dahulu kala ada dua bidadari sedang mandi di telaga tersebut. karena terlena,
dua bidadari itu melakukan perbuatan intim dengan sesama jenis. Perbuatan
tersebut rupanya diketahui oleh dewa. Karena kesal, sang dewapun mengutuk kedua
bidadari tersebut menjadi buaya.
Sejak tahin 1000, kelud telah
meletus sebanyak 23 kali. Interval letusannya rata-rata berlangsung setiap 15
tahun sekali. Paling pendek 3 tahunan, berlangsung pada tahun 1848. Tapi kelud
pernah bersikap manis selama 37 tahun yang berlangsung pada tahun 1864-1901.
Entah apa yang membuat kelud selama 37 tahun rak pernah sakit-sakitan.
Barangkali para penunggunya merasa nyaman, karena warga sekitar rutin mengirim
makanan kesehatan berupa aneka jenis sesaji, seperti yang kerap dilakukan oleh
warga desa Sugihwaras.
Menurut catatan, sudah sebanyak 3
kali kelud sempat mengamuk berat, yakni tahun: 1919, 1951, dan 1966. Uniknya
kalo direka-reka, angka tahun meletusnya itu sangat menarik, yakni selalu
mengiringi peristiwa besar di Tanah Jawa. Misalkan saja: letusan 1951 yang
menandai Pemberontakan Madiu . Kemudian ledakan 1966 yang terjadi setahun pasca
G30S/PKI. pada tiga ledakan itu, material yang dimuntahkan meluncur ke bawah
melalui Kali Badak, Kali Ngobo, Kali Putih, Kali Semut, dan Kali Ngoto.
Menurut sesepuh desa di sekitar
Gunung Kelud, para korban itu sedang dikersakke oleh dua bidadari penunggu
kawah. Bila laki-laki diperlakukan sebagai suamidan yang perempuan diangkat
sebagai saudara. Warga menengarai, bila kelud akan meletus biasanya ada dua
sorot sinar terang masuk ke kawah, atau banyak burung gagak berterbangan di
pedesaan.
5. GUNUNG
SEMERU
Gunung semeru yang puncaknya
bernama Mahameru tersebut adalah gunung tertinggi di tanah jawa. Letaknya
berada di Proponsi Jawa Timur dan bersanding dengan Gunung Bromo dan Gunung
Arjuna, meskipun tidak sedekat hubungannya dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing,
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di Jawa Tengah.
Gunung Semeru yang berketinggian
3.676 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki banyak kisah menarik bagi
para pendaki. Sosok Shoe Hoek Gie, tokoh tahun 70-an itu memiliki hubungan erat
dengan Gunung Semeru. Di tempat itu, Hoek Gie menghembuskan napas terakhirnya.
Untuk naik ke Semeru jalur yang banyak ditempuh adalah melalui kota Malang.
dari Malang menuju Ranu Pane dan selanjutnya menuju ke Ranu Kumbolo. dilokasi
ini terdapat danau sehingga para pendaki sering menghabiskan malam untuk
istirahat dan menikmati keindahan danau dari atas ketinggian.
Perjalanan dari Ranu Kumbolo,
para pendaki akan dipertemukan dengan daerah yang ditumbuhi hutan lebat. Dari
sini, banyak kisah yang bernuansa mistik terjadi. Konon banyak yang menyebut
kawasan hutan tersebut adalah hutan mistis. Sebab, tak jarang pendaki tersesat
di hutan tersebut meski sudah berulang kali mendaki Semeru. Orang Jawa
mengatakan, oyot kesimpar. Artinya, seseorang akan dibuat linglung dan hanya
berputar-putar di jalan sama dalam waktu panjang.
Selepas hutan, kita akan bertemu
dataran lapang yangemyimpan banyak misteri. inilah yang dinamakan arcapada
(arca kembar). Dalam legenda Semeru diceritakan bahwa di tempat tersebut
terdapat dua buah arca yang berdiri kembar. Pendirinya adalah prajurit dari
jaman kerajaan Majapahit. Hanya saja keberadaan arca tersebut tidak bisa
dilihat oleh sembarang orang.
Hanya orang yang memiliki
kelebihan saja yang bisa mengetahui keberadaan arca kembar tersebut. Dan yang
melihatnya memiliki beragam versi terkait wujud arca kembar tersebut. Ada yang
mengatakan arca tersebut sebesar anak kecil. Namun ada juga yang mengatakan
bahwa arca tersebut sangat besar sehingga bisa terlihat dari jauh seperti dari
Ranu Kumbolo. Selain itu, bagi orang biasa yang terpilih pun bisa menyaksikan
keberadaan arca tersebut.
6. GUNUNG BROMO
Gunung Bromo yang masuk ke dalam
3 besar sebagai gunung terbaik di dunia bagi para pendaki itu menyimpan sebuah
misteri. Konon, tidak sedikit pengunjung yang datang ke lautan pasir di Gunung
Bromo tersesat dan kebingungan saat mereka ingin kembali ke jalan semula.
Tersesatnya pengunjung bukanlah karena kabut, tetapi seperti kepercayaan Suku
Tengger (penduduk setempat), di lautan pasir itu terdapat sebuah akar gaib yang
melintang yang tidak dapat ditembus dengan kasat mata. Untuk dapat kembali ke
posisi semula, maka orang yang tersesat tersebut harus membuka bajunya,
kemudian memakainya kembali dengan cara terbalik. Di kawasan Gunung Bromo,
seseorang memang tidak boleh berbicara sembarangan dan juga tidak boleh buang
air kecil di sembarang tempat.
7. GUNUNG
SLAMET
Gunung Slamet (3.432 meter)
merupakan salah satu gunung berapi yang terdapat di pulau jawa. Gunung Slamet
yang berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Pemalang
ini adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di pulau Jawa.
Terdapat empat kawah di puncak Gunung Slamet yang semuanya masih aktif. Menurut
cerita orang tua, Gunung Slamet memang berbeda dengan gunung lain di Tanah
Jawa. Gunung Slamet memang bukan gunung yang biasa didaki untuk tujuan wisata,
hobi, atau sekadar ingin mnaklukan puncaknya, melainkan pendakian ke puncaknya
untuk tujuan semisal spiritual.
Dalam istilah bahasa Indonesia,
kata slamet berarti selamat. Karenanya semenjak jaman kakek buyut hingga
sekarang, Gunung Slamet tidak pernah terbatuk-batuk apalagi meletus. Namun bila
Gunung Slamet meletus, maka akan terbelahnya pulau Jawa menjadi dua bagian.
8. GUNUNG ARJUNO
Gunung Arjuno atau Arjuna ini
terletak di Malang, Jawa Timur yang memiliki ketinggian 3.339 meter dpl. Di
gunung tesebut banyak ditemukan banyak petilasan-petilasan bekas Kerajaan
Majapahit dan berbagai objek wisata, seperti air terjun. Namun, konon untuk
mendaki Gunung Arjuna tersebut harus berhati-hati; karena menurut cerita
masyarakat, banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Berikut
kami rangkum 5 legenda mistis Gunung Arjuna tersebut, sebagai berikut :
Arjuna
Konon, Arjuna pernah melakukan
pertapaan di sebuah gunung dengan sangat khusyuk semala berbulan-bulan.
Kemudian tubuhnya mengeluarkan sinar dan memiliki kekuatan yang luar biasa,
hingga membuat Kahyangan kacau. Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, bumi
berguncang, petir menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan
banjir, dan gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit. Para Dewa yang
khawatir, maka melakukan tindakan untuk menghentikan pertapaan dari Arjuna
tersebut. Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke bumi dengan menjelma menjadi
Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa
dan melemparkannya ke tempat lain. Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya
dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian
tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama
Gunung Wukir.
Acara Ngunduh
Mantu
Cerita mistis di Gunung Arjuna
memang kerap terdengar dan sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar,
seperti tentang adanya lantunan musik Ngunduh Mantu. Para pendaki atau penambang
belerang kadang mendengar Ngunduh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara
pernikahan. Menurut masyarakat, jika mendengar Ngunduh Mantu maka lebih baik
tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika
memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.
Alas Lali Jiwo
Sebelum mencapai puncak Gunung
Arjuna, terdapat tempat yang disebut oleh masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo
atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai
niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri. Menurut
ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para
pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki
tersebut dibawa untuk dikimpoikan dengan bangsa jin daerah tersebut. Menurut
mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti
pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah (warna
merah dominan), dan tidak merusak situs-situs petilasan Kerajaan Majapahit yang
tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut.
Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju
puncak Gunung Arjuna, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar
hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah
meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal
yang cocok dijadikan sebuah pasar. Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda
di wilayah Pasar Dieng tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada
malam hari, ia dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat
sebuah pasar yang sangat ramai. Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar
dan membeli sebuah jaket. Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika
ia bangun; wilayah sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada
bekas-bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang
diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
Petilasan
Di Gunung Arjuna terdapat banyak
situs-situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa
petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang
Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan
Sepilar. Menurut mitos, petilasan-petilasan tersebut dijaga oleh Bambang
Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala.
Petilasan-petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu untuk melakukan
pertapaan. Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa
(menghilang dengan jasadnya). Orang-orang muksa tersebut dipercaya masih berada
di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu yang tidak
diketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar