Partai Indonesia Raya atau Parindra adalah
suatu partai politik yang
berdasarkan nasionalisme Indonesia dan menyatakan
tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia Merdeka).
Parindra menganut azas cooperatie alias bekerja sama dengan pemerintah Hindia
Belanda dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang
tertentu.
Partai Indonesia Raya adalah
partai politik yang berasal dari golongan pelajar yang tergabung dalam Indische
Studie Club di Surabaya. Pemimpinnya adalah Dr. Sutomo yang merupakan salah
satu pendiri organisasi Budi Utomo. Nama klub studi ini sempat berubah pada
tahun 1931 yakni berubah dengan nama Partai bangsa Indonesia atau PBI. Adapun
tujuan dari PBI ini adalah memperjuangkan penyempurnaan derajat bangsa
Indonesia dengan gerakan-gerkaan yang nyata seperti membantu bidang pendidikan,
mendirikan koperasi rakyat, bank rakyat dan mendirikan persatuan nelayan dan
semua adalah demi mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Dengan gagalnya Partindo untuk
mengadakan kongres pada tanggal 22-25 Desember 1933 menimbulkan gagasan baru
bagi Dr. Sutomo selaku Ketua PPPKI untuk menyatukan partai-partai lain dibawah
asuhannya. Maka direncanakan oleh Dr. Sutomo adanya penggabungan partai antara
Budi Otomo dan PBI. Kemudian pada tanggal 6 Januari 1934 dibentuk panitia ad
hoc dari pihak PBI, dan Budi Otomo, yang bertugas untuk mengadakan perundingan
tentang adanya penggabungan kedua partai tersebut.
Karena memiliki kesamaan visi dan
misi PBI dan Budi Utomo yang membuat Dr. Sutomo ingin menggabungkan keduanya. Akhirnya
pada tahun 1935 PBI dan Budi Utomo bergabung dan membentuk partai baru yakni
Partai Indonesia Raya atau Parindra. Tujuan dari Parindra ini adalah untuk
mencapai Indonesia Raya dan Dr. Sutomo lah yang ditunjuk sebagai ketua dari
Parindra.
Tokoh-tokoh lain yang ikut
bergabung dengan Parindra antara lain Woeryaningrat, Soekardjo Wirjopranoto, Raden Mas Margono Djojohadikusumo,
R. Panji Soeroso dan Mr. Soesanto Tirtoprodjo.
Sebagai ketua dipilih Dr. Sutomo,
wakil Ketua R.M.A. Wurjaningrat. Pada Kongres tersebut dicetuskan tujuan
Parindra sebagai berikut:
- Bahwa tiap-tiap manusia berhak dan berkewajiban untuk berjuang bagi keselamatan Negara dan bangsanya. Untuk itu harus ada kerjasama antara rakyat dan Parindra untuk mencapai kemakmuran dan kemulian Indonesia.
- Bahwa Parindra bertujuan untuk membentuk sebuah Negara Indonesia Raya yang harus dilaksanakan oleh rakyat sendiri.
- Parindra berkeyakinan untuk memperjungkan sebuah Negara yang makmur, untuk itu rakyat Indonesia harus bersatu baik dalam bidang politik maupun dalam bidang ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut da
dalam kongres dicetuskan pula syarat-syarat yang meliputi beberapa bidang:
- Susunan pemerintahan yang demokratis, bersandar atas kepentingan dan kebutuhan Indonesia.
- Alat pemerintahan yang berdasar dan ditujukan pada kepentingan Indonesia serta dipegang sendiri oleh bangsa Indonesia.
- Kedudukan yang sama bagi segala penduduknya.
- Hak dan kewajiban yang sama bagi tiap-tiap orang.
Parindra terus berkembang dan
mulai menunjukkan eksistensinya termasuk melakukan gerakan nyata seperti apa
yang menjadi tujuan dari PBI sebelumnya. Beberapa organisasi poun tercatat
menjadi meleburkan diri menjadi satu dengan Parindra seperti sarekat Sumatera,
Sarekat Ambon, Kaum Betawi, Timore Verbond dan sebagainya.
Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan
mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan
dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun
perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank
Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan
yang menerbitkan surat kabar dan majalah.
Pada bulan Juli 1938 Rukun Tani
sudah mampu mengadakan konprensi yang pertama di Lumajang. Konprensi Rukun Tani
Parindra ini dimeriahkan juga dengan pasar malam, yang mendapat perhatian dari
segala lapisan masyarakat. Hadir dalam konprensi tersebut antara lain Gubernur
Jawa Timur Van der Plas. Di dalam sambutannya dia mengatakan simpatinya
terhadap Rukun Tani. Di harapkan juga oleh Van der Plas agar supaya Rukun Tani
menjauhkan dari soal-soal politik.
Harapan dari Van der Plas
tersebut tentunya cukup didengar saja, sebab bagaimanapun juga Rukun Tani
Parindra didirikan oleh kaum pergerakan nasional, jadi jelas sedikit banyak
tentu berbau politik. Di dalam diri Parindra didirikan juga koprasi Tani yang
disebut Loemboeng-cooperatie (lumbung koprasi). Lumbung koprasi Parindra ini
banyak sekali didirikan di jawa Timur, antara lain di Dawuhan, Gombloh,
Kaliboto, Jogayudan, Karangbendo, Jombang, Kutorejon, dan lain-lain.
Kegiatan Parindra ini mendapat
semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur
Jenderal
Hindia Belanda pada saat itu, van
Starkenborg, yang menggantikan de Jonge pada
tahun 1936.
Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan de
Jonge, menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih
baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan
pemerintah Hindia Belanda.
Parindra selain memperhatikan
bidang politik dan ekonomi, bidang sosial pun mendapat perhatian yang baik
sekali, sehingga dibentuk Departemen Sosial Parindra. Dalam bidang ini Parindra
mengusahakan pemeliharaan penganggur dan pembukaan berbagai klinik umum. Pekerjaan
sosial lainnya yang tidak mampu ditangani oleh Parindra sendiri, wakil Parindra
memperjuangkan di dalam dewan-dewan. Pekerjaan sosial dimaksud antara lain
perbaikan perumahan rakyat, pengaturan ait umum, pembuatan kakus umum, dan
lain-lain.
Dengan demikian jelas bahwa
Parindra berjuang dalam bidang sosial masyarakat tidak hanya terbatas pada
kemampuan yang ada, tetapi Parindra juga memperjuangkan kepada dewan
(Perlemen), sesuai dengan jiwa atau sifat perjuangan Parindra yakni koperasi
incidental.
Di dalam bidang pendidikan
Parindra juga berusaha untuk memperjuangkan melalui dewan. Usaha ini antara
lain:
- Memperjuangkan untuk dapatnya mengubah jumlah dan jenis sekolah yang cocok dengan rencana kemakmuran dan perkembangan penduduk.
- Memperjuangkan untuk dapatnya menurunkan uang sekolah dengan maksud agar sesuai dengan kemampuan rakyat. Di samping itu juga diperjuangkan agar supaya anak-anak yang tidak mampu mendapat kesempatan untuk belajar dengan cuma-cuma.
- Memperjuangkan untuk dapatnya memberikan beasiswa secara luas dan menyelenggarakan asrama murah bagi para siswa sekolah menengah dan sekolah tinggi dan apabila dipandang perlu juga untuk anak-anak sekolah rakyat.
Pada tahun 1937, Parindra memiliki
anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi
11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada
bulan Mei 1941 (menjelang
perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak
19.500 orang.
Berbeda dengan organisasi PI, PNI
atau PNI Pendidikan, Parindra lebih memilih untuk menggunakan taktik kooperatif
yakni mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial belanda dan bergabung di bawah
naungan Volksraad (Dewan Rakyat).
Ketika Dr. Soetomo meninggal pada
bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin (MHT),
seorang pedagang dan
anggota Volksraad.
Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan
kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika
ia berada di panggung politik Volksraad. Ternyata keputusan untuk bergabung
dengan Volksraad ini membawa keuntungan bagi perjuangan Parindra.
Karena aktivitas politiknya yang
menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap
Thamrin lebih berbahaya daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9 Februari 1941, rumah Moehammad
Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia
sedang terkena penyakit malaria, selang dua hari kemudian Muhammad Husni Thamrin
menghembuskan napas yang terakhir.
Salah satu bukti kedekatan
Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota
Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya. Bukti lain
adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut Surya Wirawan (Matahari
Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang.
Dengan demikian Parindra
digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda
di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di
Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yangbermain mata dengan Jepang
untuk memperoleh kemerdekaan.
terimakasih artikelnya sangat membantu tugas saya
BalasHapusMin mau tanya kelemahan dan kelebihan partai perindra itu apa yah?
BalasHapusMaaf baru respon. Mohon maaf jika jawaban ini mungkin akan kurang berkenan. Kelebihan dari Parindra bukan Perindra ini adalah memiliki struktur organisasi yang kuat dalam hal bekerja sama dengan dewan pemerintahan pada jaman tersebut. tujuannya bukan untuk membantu pemerintah Hindia Belanda maupun Jepang tapi digunakan untuk mendapatkan informasi yang bisa digunakan untuk menjadikan Indonesia Merdeka. Untuk kelemahan saya kurang mengerti. mungkin bisa dibaca di dalam buku contohnya buku Sejarah Indonesia Kontemporer karya Siti Sumardiati
HapusKak untuk partai yang bergabung apa saja ya? Ada tidak organisasi yang bernama konvisme atau namany yg seperti itu?
BalasHapusMin ,parindra bubar nya gmn ?karena apa?
BalasHapusMin, saya ingin tanya parindra bubarnya kapan dan kenapa ya
BalasHapusMin saya mau tanya, apa yang dilakukan parindra terutama pada bidang ekonomi
BalasHapus