Senin, 13 April 2015

Peradaban Sungai Kuning (Huang Ho): Dari Dinasti Han, Zaman Tiga Negara hingga Dinasti Jin


  • Awal Berdirinya Dinasti Han (206 SM – 221M)
Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya Xiang-Yu, mendirikan dinasti yang bernama Han (206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para ahli membagi Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di Chang An dan Han Timur yang beribu kota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat terputus sejenak oleh kudeta dari Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9 – 25) yang berumur singkat. Tetapi kemudian Kaisar Han Guangwu (25 – 57) yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh karena itu Dinasti Han sebelum pemberontakan Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat dan Dinasti Han sesudahnya disebut dengan Han Timur.

Dinasti Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok karena beberapa penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun 105 M oleh seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han Hedi (88 – 106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar merombak secara total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia tulis-menulis. Sulit dibayangkan apabila di jaman modern ini kita belum mengenal kertas. Sebelum ditemukannya kertas, buku ditulis di atas lempengan bambu yang dikaitkan satu sama lain dengan tali. Jika kita masih menggunakan buku semacam itu, dapat dibayangkan betapa beratnya sejilid kamus misalnya. Penemuan kertas ini pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
Pada masa pemerintahan Kaisar Han Wudi (141 – 87 SM) terjadilah hubungan antara Barat dan Timur yang dikenal dengan nama jalur sutera. Hubungan ini berawal mula dari ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian, utusan Han Wudi, guna menjalin hubungan persekutuan dengan negara-negara lainnya untuk bersama-sama menghadapi serangan bangsa barbar (Xiongnu). Meskipun Zhang Qian gagal dalam tugas utamanya, ia telah mengadakan perjalanan selama 12 tahun hingga mencapai Baktria dan Ferghana (Turkestan modern), dan ia kembali dengan berbagai informasi berharga mengenai negeri-negeri di Asia Tengah serta sedikit informasi mengenai Kerajaan Romawi. Pada tahun 104, 102, dan 42 SM, tentara Tiongkok melintasi Pegunungan Pamir, mencapai Ferghana serta bekas Kerajaan Yunani Sogdiana, di mana mereka mengalahkan pasukan Xiongnu serta Romawi. Setelah melintasi gurun pasir serta beberapa gunung-gunung tertinggi dunia, pasukan Wudi telah mencapai tempat-tempat sejauh 3000 km dari ibu kota mereka. Prestasi ini melampaui jarak maksimal yang telah ditempuh oleh pasukan Romawi. Ekspansi ini telah membukan jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Jalan raya sepanjang Jalur Sutera menjadi ramai dan ibu kota Dinasti Han dipenuhi oleh para pedagang Barat beserta barang-barang mewah yang berasal dari sana.
Penemuan penting dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 – 139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa beserta arah asalnya. Peristiwa penting lainnya pada masa Dinasti Han adalah masuknya Agama Buddha ke Tiongkok.
Berdasarkan catatan sejarah “San Guo Zhi , Wei Shu ,dan Dong Yi Zhuan.” Ini terjadi pada masa kekuasaan kaisar dinasti Han Barat yaitu Aidi (1 SM – 6 M) atau tepatnya tepatnya tahun 2 M. Pada saat itu pejabat Jing Lu menerima duta dari suku Da Yue yang menyerahkan kitab Fu Tu (Fu Tu adalah sebutan untuk Buddha pada jaman dahulu , sekarang yang disebut Fo Tuo). Suku Da Yue ini sebenarnya mendiami daerah Dun Huang , pegunungan Ji Lian Shan. Kira-kira abad ke-2 SM , suku ini dikalahkan oleh suku Xiong Nu. Dan pindah ke daerah barat. Dan pada abad ke-1 SM mendirikan kerajaan bernama Gui Xuang. Daerah tempat mereka tinggal itu merupakan daerah dimana Buddhisme bertumbuh subur. Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni Mopeng) dan Kasyappa Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi (57 – 75) melalui utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu dengan mereka di daerah suku Da Yue. Pada tahun 68 M, mereka tiba di Luo Yang dan tinggal di vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih) serta menterjemahkan Sutra Empat Puluh Dua Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin.
  •      Perkembangan Sosial Politik Dan Iptek Dinasti Han

Dalam bidang poltik  Selama 7 tahun berkuasanya, Kaisar Han Gaozu meningkatkan penguasaan sentralisasi pemerintah dan menjalankan serentetan kebijakan politik “pemberdayaan rakyat” sehingga kekuasaan negara menjadi lebih kokoh..
Dalam bidang sosial Tahun 183 Sebelum Masehi, Kaisar Wendi naik takhta. Selama berkuasanya Kaisar Wendi dan kemudian Kaisar Jingdi, yaitu putranya antara tahun 156 Sebelum Masehi dan tahun 143 Sebelum Masehi mereka terus menjalankan kebijakan “pemberdayaan rakyat”, meringankan pajak yang sangat membebani rakyat sehingga ekonomi Imperium Dinasti Han berkembang makmur. Masa itu dipuji oleh sejarawan sebagai Zaman Wendi dan Jingdi Yang Ulung.
Sedangkan dalam bidang ekonomi Zaman Wendi dan Jingdi Yang Ulung itu, kekuatan negara Dinasti Han berangsur-angsur menjadi perkasa. Pada tahun 141 sebelum Masehi, Kaisar Wudi naik takhta. Selama berkuasanya, ia mengirim Jenderal Wei Qing dan Jenderal Huo Qubing memimpin pasukan menangkis serangan pasukan Xiongnu, suku penggembala di bagian utara Tiongkok. Keberhasilan militer kedua jenderal itu memperluas lingkungan penguasaan Dinasti Han Barat dan menjamin perkembangan ekonomi dan kebudayaan bagian utara wilayah kekuasaan Dinasti Han. Kaisar Wudi pada masa usia lanjutnya menghentikan peperangan dan mengalihkan perhatiannya pada pengembangan pertanian sehingga ekonomi Dinasti Han Barat terus berkembang. Setelah itu, Kaisar Zhaodi naik takhta, kemudian terus berusaha mengembangkan ekonomi dan berkat upayanya itu, Dinasti Han memasuki masa emasnya. 

Dalam bidang IPTEK, efisiensi produksi industri kerajinan tangan dengan metalurgi dan tekstil sebagai tulang punggungnya sangat ditingkatkan. Perkembangan industri kerajinan tangan juga memakmurkan perdagangan dan pada akhirnya terbukalah Jalan Sutra yang menjembatani pertukaran diplomatik dan perdagangan antara Dinasti Han dan negara-negara Asia Barat. 

  • Akhir Dinasti Han dan Dimulainya Zaman Tiga Negara
Pada masa akhir hayatnya, Dinasti Han diperintah oleh kaisar-kaisar lemah yang hanya memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh ke dalam kekuasaan klan-klan tertentu dan para kasim. Pemberontakan di daerah-daerah pun pecah, antara lain yang terbesar adalah Pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang.
Pada akhir Dinasti Han ini terjadi banyak sekali peperangan yang dilatar belakangi perebutan kekuasaan. Diantaranya adalah kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo dan juga pertempuran Chibi. Pertempuran Chibi merupakan salah satu pertempuran yang besar karena melibatkan tiga raja yang mendirikan tiga negara besar, yaitu Cao Cao, Liu Bei, dan Sun Quan.
 Dinasti Han benar-benar dilemahkan oleh pemberontakan ini. Pada akhirnya klan Cao berhasil merebut kekuasaan dari tangan Dinasti Han dan mendirikan Kerajaan Wei (220-264), dimana Cao Pi mengkudeta kaisar Han terakhir yang bernama Han Xiandi (189-220). Tindakan kudeta ini membuat Liu Bei, salah seorang keturunan Dinasti Han, merasa perlu untuk meneruskan keberlangsungan Dinasti Han dan ia juga mengangkat dirinya sebagai kaisar di negeri Shu (Sichuan sekarang) dengan gelar Han Congwang (221-223). Xuande adalah nama lainnya, maka dia juga disebut Liu Xuande. Kerajaannya tetap bernama Shu (221-263), Shu-Han adalah nama yang disebut oleh para ahli sejarah untuk membedakan masa Liu Bei sebelum menjadi raja dan sesudahnya. Sun Quan, seorang jenderal juga mengangkat dirinya sebagai kaisar dan bergelar Wudi (232-252). Kerajaannya dinamakan Wu (222-280). Karena terpecahnya Dinasti Han menjadi tiga negara ini, maka jaman ini dinamakan Jaman Tiga Negara (San Guo), yang dipenuhi oleh peperangan untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi.
Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223. Liu Chan kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.

  • Berdirinya Dinasti Jin
Tetapi sayangnya tidak satupun dari ketiga negara ini yang berhasil mempersatukan Tiongkok kembali, malahan pada tahun 264 M, Kerajaan Wei terjatuh ke tangan salah seorang menterinya yang bernama Sima Yan. Ia merebut kekuasaan dari Kaisar Wei terakhir yang bergelar Yuandi (260-264), mendirikan Dinasti Jin serta mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Wudi (265-289). Pada gilirannya Sima Yan juga menaklukkan kedua kerajaan lainnya dan mempersatukan Tiongkok kembali. Kaisar Jin Wudi merupakan seorang pecinta ilmu pengetahuan. Ia membangun sebuah perpustakaan di Luoyang yang berisikan lebih dari 30.000 jilid buku.
Jin kemudian merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun 251. Tahun 279, penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari kaisar Sun Hao. Tahun 280, Cina dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420 sebelum Cina kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.
Penemuan penting pada masa ini adalah diciptakan peta yang menggunakan sistim pembagian berrdasarkan garis lintang dan bujur oleh Pei Xiu, dimana pada petanya itu dipergunakan skala perbandingan 1 inchi untuk 125 mil. Peta semacam ini merupakan yang pertama kalinya di dunia, jauh sebelum Bangsa Barat menerapkan metode yang sama dalam peta-peta mereka.
Setelah Dinasti Jin runtuh selama beberapa ratus tahun, Tiongkok terpecah kembali menjadi banyak negara, dimana masa ini merupakan periode yang kacau. Para sejarawan menyebut jaman ini dengan istilah Dinasti Utara-Selatan. Sebelum runtuh, Dinasti Jin pada tahun 317 sempat dipaksa melarikan diri ke selatan karena serangan suku bangsa barbar di utara dan kerajaan mereka di selatan untuk selanjutnya disebut dengan Jin Timur. Tiongkok utara dikuasai oleh banyak kerajaan kecil-kecil yang didirikan oleh suku-suku barbar. Sebagian besar dari mereka hanya berumur pendek karena saling berperang satu sama lainnya. Diantara kerajaan-kerajaan di utara tersebut yang paling sanggup bertahan lama dan terkuat adalah Wei Utara (386-534). Karena terbagi menjadi dua ini, yakni kerajaan-kerajaan Tiongkok Utara dan Selatan, maka inilah yang menyebabkan jaman ini disebut jaman Dinasti Utara-Selatan oleh para sejarawan.
Ilmuwan terkenal pada masa ini adalah Zu Chongzhi (429-500). Ia berasal dari Dinasti Selatan dan berhasil menghitung dengan cukup akurat nilai bilangan Ĉ, yakni di antara 3,1415926 dan 3,1415927. Penentuan nilai bilangan Ĉ ini adalah sesuatu yang luar biasa, mengingat Bangsa Barat baru menemukannya ratusan tahun kemudian prestasi lain yang dilakukannya adalah membuat penanggalan serta meramalkan akan terjadinya gerhana bulan pada tanggal 15 September 459.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar