Senin, 11 Mei 2015

Review: Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII - Medio Abad XX). Oleh Djoko Soekiman

Buku “Kebudayaan Indisdan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa, Abad XVIII - Medio Abad XX” ini merupakan hasil disertasi dari pak Djoko Soekiman, dosen Fakultas Sastra di UGM Yogyakarta sejak tahun 1963. Disertasinya yang mengungkap mengenai kebudayaan Indis merupakan satu-satunya buku yang mengupas mendalam mengenai kebudayaan Indis yang sudah makin punah dikarenakan peninggalan budayanya seperti bangunan mulai di runtuhkan atau di ganti dengan bangunan yang sudah modern atau di anggap lebih Indonesia.

Kebudayaan Indis adalah kebudayaan campuran atara Jawa dengan Eropa (khususnya Belanda). Pada saat Kebudayaan Indis masih berjaya di Indonesia dulu, masyarakat Indonesia masih sering menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Belanda dan Bahasa Jawa. Tidak hanya bahasa yang ditinggalkan oleh Kebudayaan Indis, tapi juga ada bangunan dan seni kerajinan yang juga ditinggalkan. 
Pada masa VOC di Indonesia, kebudayaan Indis mencapai masa kejayaannya dan ini berlangsung hingga masa Hindia Belanda. Awal terbentuknya Kebudayaan Indis berawal dari berkembangnya Kebudayaan Belanda yang menyebar luas di Indonesia, terutama di Jawa. Kemudian kebudayaan tersebut makin lama di Indonesia makin berbaur dengan kebudayaan lokal. Hal ini terjadi terutama karena adanya pernikahan campuran antara masyarakat Eropa (terutama Belanda) dengan masyarakat lokal hingga akhirnya membentuk Kebudayaan Indis. 
Kebudayaan Indis merupakan kebudayaan yang unik, yang menyebar luas pada masanya. Banyak bangunan baik itu rumah maupun gedung-gedung lain yang mengadopsi gaya Eropa dan lokal, seperti pemakaian genteng untuk atap dan kayu jati untuk tiangnya. Tidak hanya itu, banyak jendela yang dibuat dengan ukuran yang besar yang dimaksudkan agar banyak udara sejuk yang masuk ke dalam rumah, dan juga di atas rumah juga diberi simbol ayam jantan yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin.
Hal unik yang ada di kebudayaan indis ini, pelaku budaya indis mempraktekannya dengan cara yang berlebihan. Para pemerintah banyak yang menghamburkan uangnya untuk pesta dan banyak dari mereka yang memilki budak karena mereka semua meniru kebiasaan orang-orang Eropa pada umumnya. 
Pada saat kebudayaan Indis tersebut berlaku di Jawa, bangunan tempat tinggal merupakan hal yang paling jelas dapat dilihat apakah pemiliknya orang yang berkedudukan tinggi atau tidak. Bangunan tempat tinggal masyarakat lokal pada waktu itu biasanya hanya beratap rumbia atau daun kelapa, berdinding bambu dan berlantai tanah. Sementara para pejabat tinggal di bangunan dari bata atau batu, dengan lantai ubin atau terakota. Selain para pejabat pemerintahan Belanda, dan kaum bangsawan Jawa, hanya masyarakat peranakan Tionghoa dan peranakan Arab lah yang memiliki tempat tinggal yang bagus.
Berikut ini unsur-unsur kebudayaan yang masuk ketika kebudayaan berada di Indonesia:
1. Bahasa
Dalam penggunaan, baik lisan maupun tertulis terjadi bahasa campuran misal bahasa Jawa, Melayu dan Belanda sehingga timbul ‘gaya’ bahasa baru.
2. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Misalnya pakaian, rumah, senjata, alat transportasi, alat produksi dan lain-lain.
3. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Adanya jenis pekerjaan baru misal prajurit sewaan, tenaga administrasi pemerintah Belanda, tenaga kasar, perkebunan dan lain-lain. Timbul makanan jenis baru misal nasi goreng, bistik dan lain-lain.
4. Sistem kemasyarakatan
Misalnya organisasi politik, sistem kekerabatan, sistem hukum, sistem perkawinan, sistem pendidikan dan lain-lain
5. Kesenian
Meliputi seni rupa (misalnya lukisan), seni sastra dan pertunjukan (misalnya komedi stambul), seni suara dan sebagainya.
6. Ilmu pengetahuan
Timbulnya pembudidayaan alam (misal perkebunan kopi, teh), adanya hasil penelitian tentang flora dan fauna oleh orang-orang Belanda/Eropa.
7. Religi
Misal bangunan gedung gereja memakai unsur-unsur budaya Jawa, penggunaan gamelan dalam ibadat, dan lain-lain.

Kebudayaan Indis telah menghasilkan pengaruh negatif dan positif dalam kebudayaan Indonesia pada masa itu. Pengaruh negatif yaitu dengan menampilkan adanya bangunan mewah yang membedakan dengan masyarakat biasa dan adanya perbudakan. Dan pengaruh positif yaitu dengan adanya budaya disiplin dan mejaga kebersihan. 
Meskipun kebudayaan Indis lahir dari masa pemerintahan Belanda, kebudayaan Indis tetap merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti kebudayaan Peranakan Tionghoa atau Peranakan Arab. Dan, semestinya kita bisa mengambil aspek positif dari kebudayaan Indis dan tetap melestarikan segi positif kebudayaan Indis sebagai bagian dari kebudayaan di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar