Buku “Kebudayaan Indisdan Gaya
Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa, Abad XVIII - Medio Abad XX” ini
merupakan hasil disertasi dari pak Djoko Soekiman, dosen Fakultas Sastra di UGM
Yogyakarta sejak tahun 1963. Disertasinya yang mengungkap mengenai kebudayaan
Indis merupakan satu-satunya buku yang mengupas mendalam mengenai kebudayaan
Indis yang sudah makin punah dikarenakan peninggalan budayanya seperti bangunan
mulai di runtuhkan atau di ganti dengan bangunan yang sudah modern atau di
anggap lebih Indonesia.
Kebudayaan Indis adalah
kebudayaan campuran atara Jawa dengan Eropa (khususnya Belanda). Pada saat Kebudayaan
Indis masih berjaya di Indonesia dulu, masyarakat Indonesia masih sering
menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Belanda dan Bahasa Jawa. Tidak hanya
bahasa yang ditinggalkan oleh Kebudayaan Indis, tapi juga ada bangunan dan seni
kerajinan yang juga ditinggalkan.
Pada masa VOC di Indonesia,
kebudayaan Indis mencapai masa kejayaannya dan ini berlangsung hingga masa
Hindia Belanda. Awal terbentuknya Kebudayaan Indis berawal dari berkembangnya
Kebudayaan Belanda yang menyebar luas di Indonesia, terutama di Jawa. Kemudian
kebudayaan tersebut makin lama di Indonesia makin berbaur dengan kebudayaan
lokal. Hal ini terjadi terutama karena adanya pernikahan campuran antara
masyarakat Eropa (terutama Belanda) dengan masyarakat lokal hingga akhirnya
membentuk Kebudayaan Indis.
Kebudayaan Indis merupakan
kebudayaan yang unik, yang menyebar luas pada masanya. Banyak bangunan baik itu
rumah maupun gedung-gedung lain yang mengadopsi gaya Eropa dan lokal, seperti
pemakaian genteng untuk atap dan kayu jati untuk tiangnya. Tidak hanya itu,
banyak jendela yang dibuat dengan ukuran yang besar yang dimaksudkan agar
banyak udara sejuk yang masuk ke dalam rumah, dan juga di atas rumah juga
diberi simbol ayam jantan yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin.
Hal unik yang ada di kebudayaan
indis ini, pelaku budaya indis mempraktekannya dengan cara yang berlebihan.
Para pemerintah banyak yang menghamburkan uangnya untuk pesta dan banyak dari
mereka yang memilki budak karena mereka semua meniru kebiasaan orang-orang
Eropa pada umumnya.
Pada saat kebudayaan Indis
tersebut berlaku di Jawa, bangunan tempat tinggal merupakan hal yang paling
jelas dapat dilihat apakah pemiliknya orang yang berkedudukan tinggi atau
tidak. Bangunan tempat tinggal masyarakat lokal pada waktu itu biasanya hanya
beratap rumbia atau daun kelapa, berdinding bambu dan berlantai tanah.
Sementara para pejabat tinggal di bangunan dari bata atau batu, dengan lantai
ubin atau terakota. Selain para pejabat pemerintahan Belanda, dan kaum
bangsawan Jawa, hanya masyarakat peranakan Tionghoa dan peranakan Arab lah yang
memiliki tempat tinggal yang bagus.
Berikut ini unsur-unsur
kebudayaan yang masuk ketika kebudayaan berada di Indonesia:
1. Bahasa
Dalam penggunaan, baik lisan maupun tertulis terjadi bahasa campuran misal
bahasa Jawa, Melayu dan Belanda sehingga timbul ‘gaya’ bahasa baru.
2. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Misalnya pakaian, rumah, senjata, alat
transportasi, alat produksi dan lain-lain.
3. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Adanya jenis pekerjaan baru misal prajurit
sewaan, tenaga administrasi pemerintah Belanda, tenaga kasar, perkebunan dan
lain-lain. Timbul makanan jenis baru misal nasi goreng, bistik dan lain-lain.
4. Sistem kemasyarakatan
Misalnya organisasi politik, sistem
kekerabatan, sistem hukum, sistem perkawinan, sistem pendidikan dan lain-lain
5. Kesenian
Meliputi seni rupa (misalnya lukisan), seni sastra dan pertunjukan (misalnya
komedi stambul), seni suara dan sebagainya.
6. Ilmu pengetahuan
Timbulnya pembudidayaan alam (misal
perkebunan kopi, teh), adanya hasil penelitian tentang flora dan fauna oleh
orang-orang Belanda/Eropa.
7. Religi
Misal bangunan gedung gereja memakai unsur-unsur budaya Jawa, penggunaan
gamelan dalam ibadat, dan lain-lain.
Kebudayaan Indis telah
menghasilkan pengaruh negatif dan positif dalam kebudayaan Indonesia pada masa
itu. Pengaruh negatif yaitu dengan menampilkan adanya bangunan mewah yang
membedakan dengan masyarakat biasa dan adanya perbudakan. Dan pengaruh positif
yaitu dengan adanya budaya disiplin dan mejaga kebersihan.
Meskipun kebudayaan Indis lahir
dari masa pemerintahan Belanda, kebudayaan Indis tetap merupakan salah satu
kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti kebudayaan Peranakan Tionghoa atau
Peranakan Arab. Dan, semestinya kita bisa mengambil aspek positif dari kebudayaan
Indis dan tetap melestarikan segi positif kebudayaan Indis sebagai bagian dari
kebudayaan di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar