Keadaan Penyebab Gerakan Reformasi
di Eropa Abad 16
Eropa tidak memenuhi syarat disebut sebagai
benua. Batas geografis teritorial Eropa yang berupa lautan hanya terdapat di
tiga sisi sebelah selatan, barat, dan utara. Disebelah selatan Eropa dibatasi
oleh laut tengah. Laut hitam dan pegunungan Kaukasus. Disebelah barat dibatasi
oleh samudra Atlantik, dan disebelah barat oleh laut Arctic. Disebelah Timur
memang terdapat batas laut tetapi sebagian besar wilayah Eropa tidak terpisah
dengan Asia bahkan tergabung dengan Asia.
Pada
sekitar abad XVI Eropa
masih merupakan penggarap tanah. Banyak yang telah berubah dari hamba
hina menjadi petani bebas atau penyewa , buruh upahan atau tukang di desa.
Namun kebanyakan petani masih sangat dibebani pajak maupun kerja berat untuk
melayani majikan, pemilik tanah mereka. Dimana
berarti Jerman cukup tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di Eropa
lainnya. Baik industri ataupun perdagangan belum berkembang dengan cukup baik
di Jerman. Pada zaman
Martin Luther hidup, Leo X menjabat sebagai paus. Leo X memiliki hasrat tinggi
untuk membangun St. Peter’s Cathedral yang begitu besar dan dipenuhi
dengan benda-benda artistik yang mahal. Paus Leo X juga bahkan membayar
Michelangelo yang terkenal pada saat itu untuk menggambar lukisan di
langit-langit Sistine Chapel. Membangun gereja seperti ini memakan
biaya yang sangat mahal dan akhirnya menguras kas gereja pada saat itu. Ketika
uang gereja habis dan Leo X tidak dapat melanjutkan pembangunan gedung itu, ia
memiliki seorang teman yang bernama Albert of Mainz. Nepotisme
akhirnya terjadi, Albert memiliki dua
keuskupan pada waktu itu, dan sekarang dia menginginkan yang ketiga. Hal ini
adalah hal yang melawan gereja dan tidak boleh terjadi pada saat itu. Tidak ada
orang yang boleh memegang tiga keuskupan sekaligus. Hanya ada satu jalan untuk
mendapatkannya, yaitu jika ada perintah atau dispensasi langsung dari paus. Di
sinilah terjadi bisnis antar kedua orang itu. Leo X dan Albert setuju untuk
bekerja sama. Albert menjanjikan uang sebesar sepuluh ribu ducats kepada Leo X
jika ia diizinkan untuk memiliki keuskupannya yang ketiga. seorang biarawan di
bawah keusukupannya yang bernama Johann Tetzel.
Tetzel adalah orang yang memiliki jiwa wirausaha
dan sangat berbakat dalam hal seperti ini. Dia mengeluarkan ide tentang
penjualan indulgensia atau surat penghapusan dosa kepada rakyat biasa.
Surat indulgensia sebenarnya pada awalnya diadakan ketika sedang ada
konteks perang, seperti perang salib. Surat ini bertujuan untuk memotivasi
rakyat untuk maju berperang dengan iming-iming bahwa mereka akan bebas dari
dosa dan api purgatori jika mereka berperang untuk Katolik Roma. Banyak para
bangsawan juga ingin mendapatkan surat indulgensia ini tapi tanpa
mengorbankan nyawa mereka dan anak-anak mereka, jadi mereka membayar rakyat
jelata untuk menggantikan posisi mereka. Yang menggantikan posisi mereka akan
mendapatkan uang, sedangkan surat indulgensia akan jatuh ke tangan
para bangsawan. Ini merupakan politik gereja yang sangat kotor. Tetapi tidak
cukup kotor sampai surat itu berkembang dalam fungsi di zaman Luther. Bukan
hanya untuk yang pergi berperang, tetapi sekarang surat itu bisa didapatkan
oleh siapa saja yang memiliki uang untuk membelinya. Dalam kampanye yang
dilakukan oleh Tetzel, khasiat indulgensia ditambahkan lagi yaitu bisa
mengampuni dosa yang terdahulu, sekarang, dan yang akan datang. Bukan hanya
diri sendiri yang bisa ditolong dengan surat yang dibeli, tetapi juga bisa
membelikan orang lain. Bukan hanya orang yang masih hidup yang bisa dibelikan,
bahkan orang yang sudah mati pun bisa dibelikan surat indulgensia agar
terbebas dari api purgatori. Jadi sejak itu, telah resmi bahwa pertobatan dan
keselamatan bisa dibeli dengan uang.
Gerakan Reformasi Oleh Martin Luther
Kemudian, muncul Martin Luther yang memprakarsai
pembaruan agama. Ia merupakan pencetus gerakan reformasi Protestan di Jerman dengan cara
melakukan protes kepada kekuasaan Paus. Terlebih lagi ketika ada peristiwa
dimana Paus sudah bertindak keterlaluan dengan menjual surat-surat pengampunan
dosa diluar batas.
Martin Luther (10 November 1483 - 18
Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans
Luder dan ibunya, Margarethe. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami
gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali
kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan
pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi
Katolik.
Aliran-aliran yang mempengaruhi diri Luther:
a. Occamisme (Occam seorang Fransiskan, Inggris, kurang
lebih 1350 )
Pemisahan
konsep kita tak dapat menyentuh pernyataan. Konsep-konsep itu hanya nama belaka
( maka dari itu nominalis me = nomen = nama ). Pengertian “pengampunan dosa”
hanya etikat belaka (nanti Luther akan menyatakan, bahwa dosa-dosa kita hanya
ditutupi, dan pada waktu konsekrasi roti tetap roti )
b. Augustinus, pendiri ordo Augustin ( Kurang lebih 431 )
Dalam
perang pena dengan Pelagius ( yang berpendapat bahwa manusia karena jasanya
sendiri dapatberkenaan pada tuhan dan hidup tanpa celah ) , maka Augustinus
menekankan secara ekstrem bahwa manusia dari dirinya sendiri tak dapat berbuat
apa-apa yang berkenaan dengan tuhan, hanya dapat berbuat dosa. Segalana
tergantung daripada rohmat tuhan. Keinginan jahat (concupiscence ) = dosa asal
. (Luther yang diserang oleh keinginan-keinginan kurang murni menganggap dirinya
tetap dalam keadaan dosa).
Luther memulai gerakan reformasinya ketika ia membacakan 99 pernyataan
protes kepada gereja yang menjual surat-surat pengampunan dosa tersebut. Salah
satu isi pendapatnya yaitu mengatakan bahwa amal baik yang tidak keluar dari
hati yang murni tidak akan diterima Tuhan. Hanya orang yang percaya kepada
Yesus Kristuslah yang dapat diterima Tuhan. Tiap orang dapat langsung
berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja. Tiap orang yang menyesali
kesalahannya akan terlepas dari hukuman sehingga tidak diperlukan adanya surat
pengampunan dosa. Gereja merupakan perkumpulan orang percaya dan Yesuslah
Kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pimpinan agama tidak dapat
diterimanya. Luther berpendapat bahwa hal tersebut salah dan tidak semestinya
dilakukan oleh gereja karena tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.
Pembelian surat itu juga seharusnya tidak boleh dipaksakan setiap orang harus
membeli, namun berdasarkan kesukarelaan. Luther juga berpendapat, lagipula
gereja ataupun Paus dimanapun tidak dapat memberikan pengampunan kepada
manusia, tetapi hanya kebajikan dan iman masing-masing pribadilah yang dapat menghapus dosa tiap manusia tersebut.
Salah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther
dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik adalah ajaran
gereja tentang “Perjamuan Malam” yang mengatakan
bahwa waktu imam yang melayani “Perjamuan Malam” mengucapkan kata-kata penetapan
"Inilah tubuhku... Inilah darahku", maka substansi roti dan anggur secara otomatis
berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Peristiwa
perubahan ini disebut transsubstansiasi. Bagi Luther, yang penting adalah Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi. Jadi, bukan
ajaran transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus
benar-benar hadir dalam ekaristi.
Tahun 1520 terbitlah tiga tulisan Luther yang pokok bagi reformasi :
a. “Kepada Kaum bangsawan Jerman”
b. “Tahana gereja di Babylon”
c. “Perihal kemerdekaan seorang
kristen”
Krisis dalam reformasi 1521-1525, yaitu:
1. Para humanis yang semulanya
mendukung Luther, kini lambat laun menjauhkan diri.
2. Kaum bangsawan rendah melancarkan
pemberontakan, tetapi dihancurkan.
3. Kaum petani pun memberontak 1524
Semulanya Luther mendukung tuntutan-tuntutan para petani , tetapi
sesudah melihat ekses-ekses dan pembunuhan dan perampokan yang terjadi, ia
menganjurkan kaum bangsawan agar membunuh kaum petani saja sebagai
anjing-anjing gila.
4. Gerakan Ana-Baptis (harus ddibaptis
kembali )
Sekte-sekte spiritualistis, komunistis yang mengajarkan milik bersama (
of Kisah para Rasul ) , juga dalam hal istri dan sebagainya. Terjadinya anarki
sosial yang harus dihancurkan oleh kaisar dan raja-raja.
Gerakan Reformasi Oleh Calvin
Jean Calvin lahir
1509 di Perancis Utara. Ketika waktu itu di wilayah lain Portugal juga
bergerak, Ameida dan Albuquerque pada tahun 1505-1515 menduduki daerah-daerah
di teluk Persia sampai pulau-pulau rempah-rempah. Lada dan rempah-rempah lain
merupakan sasaran utama untuk dijual di Eropa[7]. Sekitar
1533/34 ia memihak pada Reformasi. Reformasi juga ditujukan untuk memaparkan
kekeliruan yang sudah dilakukan oleh gereja dan kepausan yang berpusat di Roma.
Para reformator, baik Luther, Melanchthon, Zwingli, Calvin dan para
pengikutnya, berupaya keras melepaskan diri dari kesalahan yang sudah dilakukan
gereja Roma. Salah satu perbedaan doktrinal yang tajam antara para
reformator, terutama Calvin, dan gereja di Roma adalah pandangan mengenai
sakramen.
Sakramen memiliki
pengajaran doktrinal yang sangat mendasar, tetapi juga berkaitan sangat erat
dengan hidup sehari-hari masyarakat awam. Menurut gereja di Roma, ada tujuh
macam sakramen dan kesemuanya saling berkaitan membentuk kebiasaan hidup
jemaat. Calvin, dan para reformator yang lain, bersitegas bahwa Alkitab hanya
mengajarkan dua sakramen, yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus. Bagi
masyarakat pada masa itu, ajaran reformasi dari Calvin tentu merupakan suatu
perubahan besar, sehingga mereka perlu melakukan penyesuaian dalam kehidupan
mereka. Kalvinisme di Belanda dan Amerika Utara mendorong perkembangan kearah
kapitalime , dan kemajuan bangsa-bangsa tersebut. Alasan : orang-orang kalvinis
seharusnya hidup sederhana tanpa befoya-foya, harus bekerja keras. Keuntungan
dan laba tidak boleh dihambur-hamburkan jadi ditabungkan, disimpan untuk
menjadi modal.
Reformasi Anglikan
Reformasi
bukan hanya terjadi di Jerman, tetapi juga meluas ke Inggris, Denmark, Swedia, Swiss, Perancis, dan negara Eropa lainnya.
Reformasi di Inggris terjadi pada masa pemerintahan raja Henry VIII. Sebab-sebab terjadinya reformasi di Inggris
adalah:
a.
John
Wycliff (dari Inggris) telah merintis kritikan terhadap keadaan gereja pada abad
ke-14 dan 15.
b.
Tidak
senang melihat kekayaan Inggris berupa pajak agama mengalir ke Roma.
c.
Bersamaan
munculnya gerakan nasionalisme di Inggris.
d.
Masalah
pribadi raja Henry VIII yang ingin menceraikan istrinya Catharina dari Arragon,
tetapi ditolak oleh Paus.
Penolakan
Paus terhadap permohonan raja Henry VIII tersebut dipakai sebagai alasan untuk
memutuskan hubungan dengan Roma. Raja mengeluarkan akta supremasi yang
mengatakan bahwa raja Inggris adalah Kepala Gereja Inggris. Agamanya disebut
Anglikan. Uskup Cartenbury mengesahkan perkawinan Raja dengan Anna Boleyn. Dari
perkawinan tersebut lahirlah putri Elizabeth yang dalam periode selanjutnya
menjadi ratu Inggris yang kuat pemerintahannya.
Di
Inggris tidak semua raja sesudah Henry VIII (1509-1547) menganut agama
Protestan Anglikan. Pada masa pemerintahan anaknya, Eduard VI (1547-1553) yang
baru berusia 9 tahun, agama Anglikan ditinggalkan. Pada masa kakak Eduard VI
memerintah, Mary Tudor (1553-1558) berusaha
mengembalikan agama Khatolik Roma. Banyak orang Protestan Inggris melarikan
diri ke Jerman atau ke Geneva, dan setelah kembali ke tanah air mereka lebih
gigih memperjuangkan ajaran Protestan. Mary Tudor melangsungkan perkawinan
dengan raja Spanyol, Philip II. Perkawinan ini dilangsungkan atas saran Kaisar
Charles V untuk menyatukan Inggris dengan Belanda dan Spanyol. Perkawinan
tersebut membuat nama Mary sangat tidak populer di Inggris. Setelah Mary
meninggal tanpa keturunan, adiknya berbeda ibu, yaitu Elizabeth menggantikannya
sebagai ratu. Di bawah Ratu Elizabeth, Anglikanisme dikembalikan.
Dampak Reformasi
Gereja
Dampak
dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan Calvin adalah: pertama,
dampak sosial dan politik terhadap Eropa dan negara-negara Barat pada umumnya.
Reformasi ini menimbulkan Western Christendom sehingga munculnya negara-negara
nasional kecil tanpa memiliki pusat kekuasaan atau gembala politik seperti
lembaga Kepausan Roma. Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran
individual akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga
menjadi dasar timbulnya gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan
totaliter dan keberanian rakyat untuk selalu melakukan kontrol terhadap
kekuasaan.
Tetapi
dengan adanya gerakan reformasi Protestan ini juga lahirnya kekuasaan absolut
di Eropa. Banyaknya pertikaian antara Calvinisme dengan katolik, peperangan
saudara dan penghancuran karya-karya seni, patung, lukisan yang berbau
katolisisme. Reformasi juga haris bertanggung jawab atas terjadinya pembantaian
massal dalam peristiwa berdarah pada malam St. Bartholomeus. Di Belanda pun
terjadi pemberontakan petani yang menolak membayar pajak dan akhirnya oleh
pangeran Philip mereka semua dibantai. Dan pengikut Protestan dianggap
pengkhianat dan selama enam tahun terjadi teror dan pembunuhan terhadap kaum
protestan.
Kedua, Reformasi
juga mengakibatkan terbelahnya agama Kristen menjadi sekte-sekte kecil;
Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme, Katholikisme. Meskipun
ditunjau dari segi doktrin-doktrin fundamentalnya sekte-sekte itu tidak
memiliki prinsip yang berbeda, tetapi timbulnya hal tersebut menyebabkan
keretakan serius dalam agama kristen. Akibat adanya sekte-sekte ini, Eropa
terbelah secara keagamaan; Jerman Utara dan negara-negara Skandinavia (Swedia
dan Norwegia), menganut Lutheranisme; Skotlandia, Belanda, Switzerland dan
Prancis menganut Calvinisme dan negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol dan
Italia menganut katolisisme (Ortodoks).
Created By: Siti Hasanah, Aisah, Endar Mei C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar