Jumat, 03 Januari 2014

Reformasi Gereja di Eropa

Keadaan Penyebab Gerakan Reformasi di Eropa Abad 16
Eropa tidak memenuhi syarat disebut sebagai benua. Batas geografis teritorial Eropa yang berupa lautan hanya terdapat di tiga sisi sebelah selatan, barat, dan utara. Disebelah selatan Eropa dibatasi oleh laut tengah. Laut hitam dan pegunungan Kaukasus. Disebelah barat dibatasi oleh samudra Atlantik, dan disebelah barat oleh laut Arctic. Disebelah Timur memang terdapat batas laut tetapi sebagian besar wilayah Eropa tidak terpisah dengan Asia bahkan tergabung dengan Asia.

Pada sekitar abad XVI Eropa masih merupakan penggarap tanah. Banyak yang telah berubah dari hamba hina menjadi petani bebas atau penyewa , buruh upahan atau tukang di desa. Namun kebanyakan petani masih sangat dibebani pajak maupun kerja berat untuk melayani majikan, pemilik tanah mereka. Dimana berarti Jerman cukup tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di Eropa lainnya. Baik industri ataupun perdagangan belum berkembang dengan cukup baik di Jerman. Pada zaman Martin Luther hidup, Leo X menjabat sebagai paus. Leo X memiliki hasrat tinggi untuk membangun St. Peter’s Cathedral yang begitu besar dan dipenuhi dengan benda-benda artistik yang mahal. Paus Leo X juga bahkan membayar Michelangelo yang terkenal pada saat itu untuk menggambar lukisan di langit-langit Sistine Chapel. Membangun gereja seperti ini memakan biaya yang sangat mahal dan akhirnya menguras kas gereja pada saat itu. Ketika uang gereja habis dan Leo X tidak dapat melanjutkan pembangunan gedung itu, ia memiliki seorang teman yang bernama Albert of Mainz. Nepotisme akhirnya terjadi,  Albert memiliki dua keuskupan pada waktu itu, dan sekarang dia menginginkan yang ketiga. Hal ini adalah hal yang melawan gereja dan tidak boleh terjadi pada saat itu. Tidak ada orang yang boleh memegang tiga keuskupan sekaligus. Hanya ada satu jalan untuk mendapatkannya, yaitu jika ada perintah atau dispensasi langsung dari paus. Di sinilah terjadi bisnis antar kedua orang itu. Leo X dan Albert setuju untuk bekerja sama. Albert menjanjikan uang sebesar sepuluh ribu ducats kepada Leo X jika ia diizinkan untuk memiliki keuskupannya yang ketiga. seorang biarawan di bawah keusukupannya yang bernama Johann Tetzel.
Tetzel adalah orang yang memiliki jiwa wirausaha dan sangat berbakat dalam hal seperti ini. Dia mengeluarkan ide tentang penjualan indulgensia atau surat penghapusan dosa kepada rakyat biasa. Surat indulgensia sebenarnya pada awalnya diadakan ketika sedang ada konteks perang, seperti perang salib. Surat ini bertujuan untuk memotivasi rakyat untuk maju berperang dengan iming-iming bahwa mereka akan bebas dari dosa dan api purgatori jika mereka berperang untuk Katolik Roma. Banyak para bangsawan juga ingin mendapatkan surat indulgensia ini tapi tanpa mengorbankan nyawa mereka dan anak-anak mereka, jadi mereka membayar rakyat jelata untuk menggantikan posisi mereka. Yang menggantikan posisi mereka akan mendapatkan uang, sedangkan surat indulgensia akan jatuh ke tangan para bangsawan. Ini merupakan politik gereja yang sangat kotor. Tetapi tidak cukup kotor sampai surat itu berkembang dalam fungsi di zaman Luther. Bukan hanya untuk yang pergi berperang, tetapi sekarang surat itu bisa didapatkan oleh siapa saja yang memiliki uang untuk membelinya. Dalam kampanye yang dilakukan oleh Tetzel, khasiat indulgensia ditambahkan lagi yaitu bisa mengampuni dosa yang terdahulu, sekarang, dan yang akan datang. Bukan hanya diri sendiri yang bisa ditolong dengan surat yang dibeli, tetapi juga bisa membelikan orang lain. Bukan hanya orang yang masih hidup yang bisa dibelikan, bahkan orang yang sudah mati pun bisa dibelikan surat indulgensia agar terbebas dari api purgatori. Jadi sejak itu, telah resmi bahwa pertobatan dan keselamatan bisa dibeli dengan uang.
Gerakan Reformasi Oleh Martin Luther
            Kemudian, muncul Martin Luther yang memprakarsai pembaruan agama. Ia merupakan pencetus gerakan reformasi Protestan di Jerman dengan cara melakukan protes kepada kekuasaan Paus. Terlebih lagi ketika ada peristiwa dimana Paus sudah bertindak keterlaluan dengan menjual surat-surat pengampunan dosa diluar batas.
Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik.
Aliran-aliran yang mempengaruhi diri Luther:
a.       Occamisme (Occam seorang Fransiskan, Inggris, kurang lebih 1350 )
Pemisahan konsep kita tak dapat menyentuh pernyataan. Konsep-konsep itu hanya nama belaka ( maka dari itu nominalis me = nomen = nama ). Pengertian “pengampunan dosa” hanya etikat belaka (nanti Luther akan menyatakan, bahwa dosa-dosa kita hanya ditutupi, dan pada waktu konsekrasi roti tetap roti )
b.      Augustinus, pendiri ordo Augustin ( Kurang lebih 431 )
Dalam perang pena dengan Pelagius ( yang berpendapat bahwa manusia karena jasanya sendiri dapatberkenaan pada tuhan dan hidup tanpa celah ) , maka Augustinus menekankan secara ekstrem bahwa manusia dari dirinya sendiri tak dapat berbuat apa-apa yang berkenaan dengan tuhan, hanya dapat berbuat dosa. Segalana tergantung daripada rohmat tuhan. Keinginan jahat (concupiscence ) = dosa asal . (Luther yang diserang oleh keinginan-keinginan kurang murni menganggap dirinya tetap dalam keadaan dosa).
Luther memulai gerakan reformasinya ketika ia membacakan 99 pernyataan protes kepada gereja yang menjual surat-surat pengampunan dosa tersebut. Salah satu isi pendapatnya yaitu mengatakan bahwa amal baik yang tidak keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan. Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat diterima Tuhan. Tiap orang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja. Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas dari hukuman sehingga tidak diperlukan adanya surat pengampunan dosa. Gereja merupakan perkumpulan orang percaya dan Yesuslah Kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pimpinan agama tidak dapat diterimanya. Luther berpendapat bahwa hal tersebut salah dan tidak semestinya dilakukan oleh gereja karena tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Pembelian surat itu juga seharusnya tidak boleh dipaksakan setiap orang harus membeli, namun berdasarkan kesukarelaan. Luther juga berpendapat, lagipula gereja ataupun Paus dimanapun tidak dapat memberikan pengampunan kepada manusia, tetapi hanya kebajikan dan iman masing-masing pribadilah yang dapat menghapus dosa tiap manusia tersebut.
Salah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik adalah ajaran gereja tentang “Perjamuan Malam” yang mengatakan bahwa waktu imam yang melayani “Perjamuan Malam” mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku", maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Peristiwa perubahan ini disebut transsubstansiasi. Bagi Luther, yang penting adalah Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi. Jadi, bukan ajaran transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi.
Tahun 1520 terbitlah tiga tulisan Luther yang pokok bagi reformasi :
a.       “Kepada Kaum bangsawan Jerman”
b.      “Tahana gereja di Babylon”
c.       “Perihal kemerdekaan seorang kristen”
Krisis dalam reformasi 1521-1525, yaitu:
1.      Para humanis yang semulanya mendukung Luther, kini lambat laun menjauhkan diri.
2.      Kaum bangsawan rendah melancarkan pemberontakan, tetapi dihancurkan.
3.      Kaum petani pun memberontak 1524
Semulanya Luther mendukung tuntutan-tuntutan para petani , tetapi sesudah melihat ekses-ekses dan pembunuhan dan perampokan yang terjadi, ia menganjurkan kaum bangsawan agar membunuh kaum petani saja sebagai anjing-anjing gila.
4.      Gerakan Ana-Baptis (harus ddibaptis kembali )
Sekte-sekte spiritualistis, komunistis yang mengajarkan milik bersama ( of Kisah para Rasul ) , juga dalam hal istri dan sebagainya. Terjadinya anarki sosial yang harus dihancurkan oleh kaisar dan raja-raja.
Gerakan Reformasi Oleh Calvin
Jean Calvin lahir 1509 di Perancis Utara. Ketika waktu itu di wilayah lain Portugal juga bergerak, Ameida dan Albuquerque pada tahun 1505-1515 menduduki daerah-daerah di teluk Persia sampai pulau-pulau rempah-rempah. Lada dan rempah-rempah lain merupakan sasaran utama untuk dijual di Eropa[7]. Sekitar 1533/34 ia memihak pada Reformasi. Reformasi juga ditujukan untuk memaparkan kekeliruan yang sudah dilakukan oleh gereja dan kepausan yang berpusat di Roma. Para reformator, baik Luther, Melanchthon, Zwingli, Calvin dan para pengikutnya, berupaya keras melepaskan diri dari kesalahan yang sudah dilakukan gereja Roma. Salah satu perbedaan doktrinal yang tajam antara para reformator, terutama Calvin, dan gereja di Roma adalah pandangan mengenai sakramen.
Sakramen memiliki pengajaran doktrinal yang sangat mendasar, tetapi juga berkaitan sangat erat dengan hidup sehari-hari masyarakat awam. Menurut gereja di Roma, ada tujuh macam sakramen dan kesemuanya saling berkaitan membentuk kebiasaan hidup jemaat. Calvin, dan para reformator yang lain, bersitegas bahwa Alkitab hanya mengajarkan dua sakramen, yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus. Bagi masyarakat pada masa itu, ajaran reformasi dari Calvin tentu merupakan suatu perubahan besar, sehingga mereka perlu melakukan penyesuaian dalam kehidupan mereka. Kalvinisme di Belanda dan Amerika Utara mendorong perkembangan kearah kapitalime , dan kemajuan bangsa-bangsa tersebut. Alasan : orang-orang kalvinis seharusnya hidup sederhana tanpa befoya-foya, harus bekerja keras. Keuntungan dan laba tidak boleh dihambur-hamburkan jadi ditabungkan, disimpan untuk menjadi modal.
Reformasi Anglikan
Reformasi bukan hanya terjadi di Jerman, tetapi juga meluas ke Inggris, Denmark, Swedia, Swiss, Perancis, dan negara Eropa lainnya. Reformasi di Inggris terjadi pada masa pemerintahan raja Henry VIII. Sebab-sebab terjadinya reformasi di Inggris adalah:
a.       John Wycliff (dari Inggris) telah merintis kritikan terhadap keadaan gereja pada abad ke-14 dan 15.
b.      Tidak senang melihat kekayaan Inggris berupa pajak agama mengalir ke Roma.
c.       Bersamaan munculnya gerakan nasionalisme di Inggris.
d.      Masalah pribadi raja Henry VIII yang ingin menceraikan istrinya Catharina dari Arragon, tetapi ditolak oleh Paus.
Penolakan Paus terhadap permohonan raja Henry VIII tersebut dipakai sebagai alasan untuk memutuskan hubungan dengan Roma. Raja mengeluarkan akta supremasi yang mengatakan bahwa raja Inggris adalah Kepala Gereja Inggris. Agamanya disebut Anglikan. Uskup Cartenbury mengesahkan perkawinan Raja dengan Anna Boleyn. Dari perkawinan tersebut lahirlah putri Elizabeth yang dalam periode selanjutnya menjadi ratu Inggris yang kuat pemerintahannya.
Di Inggris tidak semua raja sesudah Henry VIII (1509-1547) menganut agama Protestan Anglikan. Pada masa pemerintahan anaknya, Eduard VI (1547-1553) yang baru berusia 9 tahun, agama Anglikan ditinggalkan. Pada masa kakak Eduard VI memerintah, Mary Tudor (1553-1558) berusaha mengembalikan agama Khatolik Roma. Banyak orang Protestan Inggris melarikan diri ke Jerman atau ke Geneva, dan setelah kembali ke tanah air mereka lebih gigih memperjuangkan ajaran Protestan. Mary Tudor melangsungkan perkawinan dengan raja Spanyol, Philip II. Perkawinan ini dilangsungkan atas saran Kaisar Charles V untuk menyatukan Inggris dengan Belanda dan Spanyol. Perkawinan tersebut membuat nama Mary sangat tidak populer di Inggris. Setelah Mary meninggal tanpa keturunan, adiknya berbeda ibu, yaitu Elizabeth menggantikannya sebagai ratu. Di bawah Ratu Elizabeth, Anglikanisme dikembalikan.
Dampak Reformasi Gereja
Dampak dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan Calvin adalah: pertama, dampak sosial dan politik terhadap Eropa dan negara-negara Barat pada umumnya. Reformasi ini menimbulkan Western Christendom sehingga munculnya negara-negara nasional kecil tanpa memiliki pusat kekuasaan atau gembala politik seperti lembaga Kepausan Roma. Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran individual akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga menjadi dasar timbulnya gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan totaliter dan keberanian rakyat untuk selalu melakukan kontrol terhadap kekuasaan.
Tetapi dengan adanya gerakan reformasi Protestan ini juga lahirnya kekuasaan absolut di Eropa. Banyaknya pertikaian antara Calvinisme dengan katolik, peperangan saudara dan penghancuran karya-karya seni, patung, lukisan yang berbau katolisisme. Reformasi juga haris bertanggung jawab atas terjadinya pembantaian massal dalam peristiwa berdarah pada malam St. Bartholomeus. Di Belanda pun terjadi pemberontakan petani yang menolak membayar pajak dan akhirnya oleh pangeran Philip mereka semua dibantai. Dan pengikut Protestan dianggap pengkhianat dan selama enam tahun terjadi teror dan pembunuhan terhadap kaum protestan.
Kedua, Reformasi juga mengakibatkan terbelahnya agama Kristen menjadi sekte-sekte kecil; Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme, Katholikisme. Meskipun ditunjau dari segi doktrin-doktrin fundamentalnya sekte-sekte itu tidak memiliki prinsip yang berbeda, tetapi timbulnya hal tersebut menyebabkan keretakan serius dalam agama kristen. Akibat adanya sekte-sekte ini, Eropa terbelah secara keagamaan; Jerman Utara dan negara-negara Skandinavia (Swedia dan Norwegia), menganut Lutheranisme; Skotlandia, Belanda, Switzerland dan Prancis menganut Calvinisme dan negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol dan Italia menganut katolisisme (Ortodoks).

Created By: Siti Hasanah, Aisah, Endar Mei C.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar