Sejak dahulu Yunani dianggap sebagai salah
satu peradaban besar di Eropa dan juga Dunia. Mulai dari kebudayaannya,
politik, ekonomi, dan social. Tidak hanya itu, sumbangsih Yunani tentang
filsafat turut melahirkan ahli filsafat yang terkenal, yakni Socrates, Plato,
dan Aristoteles. Dan mereka bertiga dianggap sebagai orang yang berpengaruh di
Dunia.
1. Socrates
Socrates (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam
tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru
Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya,
Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun sehingga sumber utama
mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.
Socrates diperkirakan
lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos.
Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah
Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya.
Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang
anak.
Secara
historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak
pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran
Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa
lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam
dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan
nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan
Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut
Sorates.
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian
sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya
didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang
didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada
orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling
membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang
yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi
tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang
membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu
mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang
dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan
gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling
bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang
merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau
mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap
Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang
dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung
pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi
muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui
pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada
akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang
diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito,
dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada
satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena.
Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya
Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada
pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu
permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran
pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan
alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya
dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang
manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis
di kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran
Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak
diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal
sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum.
2. Plato
Plato (lahir 427 SM - meninggal 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri
dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia
barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato
pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang
paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia,
"negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia
juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang
termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang
menulis).
·
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa
mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai
topik utama karangannya.
·
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada
dialog. Dalam Surat VII,
Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis
dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh
karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling
cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
·
Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk
menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi.
Verhaak menggolongkan tulisan Platon ke
dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri
yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk
dialog.
a. Idea-idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah
pandangannya mengenai idea. Pandangan
Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh
Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern
berpendapat ide adalah gagasan atau
tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut
Plato idea tidak
diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung
pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra
pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea
sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah
lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat
terpisah dengan idea genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang
paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang
disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.
b. Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia hitam yang
mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca
indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan
daripada dunia ideal. Selalu
terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat
mati.
c. Dunia Idea
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka
bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat
abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang
indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya
merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga
mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan
saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
d. Pandangan Cippe Plato
tentang Karya Seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang
ide. Sikapnya terhadap karya seni
sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia
menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah
tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli
itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan
lebih indah daripada yang nyata ini.
e. Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa
keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan
adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya
seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada
tingkatan yang lebih rendah.
3. Aristoteles
Aristoteles , (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang berbagai
subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara
tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya
adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles
menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru
di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.
Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari
Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan
politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari
Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah
pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga
tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika
gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi,
dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika,
yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya
di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan
karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia
merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi
secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan
teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi
tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah
tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah
pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak
dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai
penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang
kemudian disebut dengan theos,
yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah
suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap
sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian,
dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen
dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang
menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan
dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah
ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
·
Setiap manusia pasti akan
mati (premis mayor).
·
Sokrates adalah manusia
(premis minor)
·
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik,
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari
Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis,
dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali
seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi
tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika
formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat
pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut
Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan
hasil chatarsis disertai
dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang
dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan
normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada
perasaan tersebut. Wujud
itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga
mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada
masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa
lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa
lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak
teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut
dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya,
meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena
didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada
pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan
pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi
Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan,
Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika
dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau "the master of
those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar