Selasa, 27 Agustus 2013

Kerajaan Majapahit

1.      Pendahuluan
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berada di Indonesia. Kerajaan Majapahit ini berdiri antara tahun 1293 sampai 1500. Kerajaan Majapahit ini didirikan oleh Raden Wijaya. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit berada pada masa kejayaannya.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang berhasil mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.

2.      Sumber Sejarah
a.       Kitab Pararaton, selain menceritakan tentang raja-raja Singasari, kitab ini juga menceritakan raja-raja Majapahit.
b.      Kitab Nagarakretagama, kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365, kitab ini menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya, dan perjalanan Hayam Wuruk menjelajahi daerah kekuasaannya.
c.       Kitab Sundayana, menjelaskan tentang perang Bubat.
d.      Kitab Usaha Jawa, menjelaskan tentang penaklukkan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.

3.      Letak Geografis
Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu.

4.      Berdirinya Majapahit
Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, di Pulau Jawa sudah berdiri Kerajaan Singasari sebagai kerajaan yang paling kuat. Hal tersebut menarik perhatian penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok yaitu Kubilai Khan. Ia mengirim utusan ke Singasari untuk menuntut upeti. Kertanegara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singasari tidak mau membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya serta memotong telingga utusan tersebut. Mendengar itu Kubilai Khan marah dan mengirim ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293.
Saat itu, Jayakatwang, adipati Kediri berhasil menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara mendapat ampunan dari Arya Wiraraja. Karena Raden Wijaya bersedia bergabung dengan Jayakatwang, maka Jayakatwang memeberikan hadiah yaitu hutan Tarik. Hutan tersebut kemudian dibuka menjadi sebuah desa dengan nama Majapahit. Nama tersebut diambil dari nama buah Maja yang mempunyai rasa pahit. Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik mundur secara kalang kabut karena berada di negeri asing.


Tanggal penetapan berdirinya Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja pertama, yaitu pada tanggal 15 bulan Kartika 1215 yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan Majapahit menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pada akhirnya pemberontakan tersebut berhasil digagalkan. Setelah Ranggalawe tewas, Arya Wiraraja mengundurkan diri dan menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah. Wijaya mengabulkan dan Arya Wiraraja mendapat bagian timur Majapahit, dan sejak saat itu setengah wilayah Majapahit bagian timur dipimpin Arya Wiraraja dan ibukotanya bertempat di Lamajang. Menurut sejarawan Slamet Muljana, sebenarnya Mahapatih Halayudha lah yang melakukan kosnpirasi untuk menjatuhkan orang – orang terpercaya Kertarajasa. Tapi, setelah pemberontakan terakhir (Kuti), Mahapatih Halayudha ditangkap dan dipenjara lalu dihukum mati. Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309. Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di Simping sebagai Harihara
Putra penerus Raden Wijaya adalah Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara banyak sekali diwarnai dengan pemberontakan. Pemberontakan ini merupakan lanjutan dari pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang kepercayaan Raden Wijaya yang mendapat fitnah dari Mahapatih Halayudha. Pada pemerintahannya pula semua pemberontakan berhasil digagalkan. Pada pemberontakan Ra Kuti muncul seorang nama yaitu Gajah Mada. Gajah Mada berhasil menghancurkan pemberontak Ra Kuti.
Pada tahun 1328 Jayanegara meninggal akibat dibunuh oleh tabib istana yang bernama Ra Tanca. Alasan Ra Tanca membunuh Jayanegara diakibatkan karena Jayanegara sering mengganggu istrinya. Gajah Mada yang melihat Ra Tanca membunuh rajanya tersebut langsung membunuh Ra Tanca di tempat tersebut tanpa proses pengadilan.
Pengganti Jayanegara adalah ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni, namun Gayatri menolak dan memilih untuk menjadi pertapa. Gayatri menunjuk anak perempuannya untuk menjadi penerus Jayanegara, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.
Menurut Nagarakretagama, Tribhuana memerintah didampingi suaminya, Kerthawardhana. Menurut kitab Pararaton peristiwa besar ialah Sumpah Palapa, yaitu sumpah yang diucapkan oleh Gajah Mada ketika ia dilantik menjadi rakyan patih Mahapatih pada tahun 1334. Gajah Mada bersumpah tidak akan memakan makanan enak (buah palapa) sebelum menaklukkan Nusantara di bawah Majapahit.
Pada tahun 1351, Tribhuana Tunggadewi turun tahta. Adapun yang menjadi penggantinya adalah Hayam Wuruk. Hayam Wuruk pada waktu masih berusia 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Ia memerintah bersama Mahapatih Gajah Mada.

     5.      Masa Kejayaan
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk beserta Mahapatih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit berada pada masa jayannya. Wilayah kekuasaan Majapahit semakin luas, yaitu mulai Sumatra sampai Papua termasuk didalamnya ada Tumasik (Singapura) dan juga sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan dagang dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan dan Vietnam serta mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.


Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk terjadi sebuah peperangan yang dikenal Perang Bubat. Perang ini bercerita tentang Hayam Wuruk yang ingin mempersunting putri Raja Galuh dari Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka Citaresmi. Ketika dalam perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit. Kerajaan Galuh menolak, akhirnya pecah pertempuran, Perang Bubat. Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.

Mahapatih Gajah Mada

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa) digubah oleh Mpu Tantular, dan kitab Nagarakretagama digubah oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak Kusumawardhani (yang bersuami Wikramawardhana), serta Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, Wikramawardhana.

    6.      Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramardhana, serangkaian ekspedisi Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho, seorang jenderal Islam, tiba dalam Jawa beberapa kali dalam kurun 1405 sampai 1433.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar