Rabu, 28 Agustus 2013

Dinasty Isyana

Asal – Usul
Nama dynasty isyana diambil dari gelar raja pertama kerajaan Medang yang ada di Jawa Timur, yaitu Mpu Sindok yang bergelar Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa. Dinasti ini merupakan penganut agama Hindu aliran Siwa.
Mpu Sindok yang menganut agama Hindu diduga merupakan keturunan dari Dinasti Sanjaya yang memerintah kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu dari Mpu Daksa yang memerintah tahun 910-an.
Mpu Daksa meupakan pencipta dari Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan dari Dinasti Sanjaya, Jadi, dapat dikatakan bahwa Mpu Daksa dan Mpu Sindok merupakan keturunan dari Dinasti Sanjaya.
Mpu Sindok memindahkan kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan meletusnya Gunung berapi. Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang ke timur, namun ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.
Daftar Raja
1.      Mpu Sindok
Mpu Sindok adalah raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sekitar tahun 929  947, bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa, sekaligus sebagai pendiri Dinasti Isyana.
Mpu Sindok meninggal dunia pada tahun 947 dan dicandikan di Isnabajra. Meskipun dirinya penganut agama Hindu aliran Siwa, tetapi Mpu Sindok tetap menaruh toleransi besar terhadap penganut agama lain. Menurut prasati Pucangan, setelah meninggalnya Mpu Sindok, penerus kerajaan Medang di Jawa Timur adalah putrinya yaitu Sri Isyanatunggawijaya yang mempunyai suami bernama Sri Lokapala.

2.      Sri Isyanatunggawijaya
Sri Isyanatunggawijaya merupakan raja kedua kerajaan Medang Jawa Timur yang memerintah pada tahun 947. Ia memerintah bersama dengan suaminya yaitu Sri Lokapala.
Tidak diketahui dengan jelas kapan pemerintahan Sri Isyanatunggawijaya dan Sri Lokapala berakhir. Menurut prasati Pucangan penerus kerajaan adalh putra mereka yang bernama Makutawangsawardhana.
3.      Makutawangsawardhana.
Makutawangsawardhana merupakan raja kerajaan Medang yang memerintah sebelum tahun 990an.
Tidak diketahui dengan jelas tentang Makutawangsawardhana pada prasati Puncang. Yang diketahui tentang namanya bahwa ia merupakan kakek dari Airlangga. Disebutkan bahwa Makutawangsawardhana ialah anak dari Sri Lokapala dan Sri Isyanatunggawijaya, dan cucu dari Mpu Sindok.
Teori yang bekembang bahwa Makutawangsawardhana memerintah sampai pada tahun 991, yang kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Dharamawangsa Teguh, sedangkan putrinya Mahendradatta menikah dengan raja Bali yang bernama Udayana yang kemudian melahirkan seorang anak yang bernama Airlangga.
4.      Dharmawangsa Teguh (Jawa), Mahendradatta (Bali)
a.       Dharmawangsa Tenguh
Merupakan raja terakhir kerajaan Medang yang memerintah pada tahun 991 – 1007 atau 1016
Dharmawangsa Teguh merupakan putra dari raja Makutawangsawardhana dan juga saudara dari Mahendradatta. Dharmawangsa adalah mertua dari Airlangga yang merupakan keponakan dari Mahendradatta. Airlangga diambil menantu oleh Dharmawangsa agar mempererat tali kekeluaragaan.
Prasasti Sirah Keting juga menyebutkan nama asli Dharmawangsa yaitu Wijayamreta Wardhana. Prasasti Pucangan mengisahkan kehancuran Kerajaan Medang yang dikenal dengan sebutan Mahapralaya atau “kematian besar”.
Bahwa pada saat diadakannya pesta pernikahan antara purti Dharmawangsa dengan Airlangga terjadi pembakaran istana Dharmawangsa yang ada di Wwatan oleh Haji (raja bawahan) Wurawiri dari Lwaram dengan bantuan dari lascar Sriwijaya. Dalam serangan itu Dharmawangsa tewas, sedangkan Airlangga berhasil selamat. Tiga tahun kemudian Airlangga membangun kerajaan baru di Wwatan Mas dan sekaligus menjadi penerus dari Dharmawangsa.
b.      Mahendradatta
Mahendradatta atau lebih dikenal Gunapriya Dharmapatni, adalah putri raja Sri Makutawangsawardhana dari Wangsa Isyana (Kerajaan Medang). Ia menikah dengan Udayana, raja Bali dari wangsa Warmadewa, yang kemudian memiliki beberapa orang putra, yaitu Airlangga yang kemudian menjadi raja di Jawa, dan Anak Wungsu yang kemudian menjadi raja di Bali.

5.      Airlangga
Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Pada saat pesta pernikahannya dengan purti pamannya yaitu Dharmawangsa Teguh terjadi sebuah penyerangan di Wwatan oleh Wurawari. Dalam penyerangan tersebut paman sekaligus mertuanya tewas. Sedangkan dirinya berhasil selamat ditemani pembantunya yaitu Mpu Narotama hidup di hutan dan menjadi seorang pertapa
Setelah tiga tahun bersembunyi di hutan, Airlangga didatangi oleh seorang utusan untuk membangun kembali kerajaan Medang. Mengingat ibukota yang hancur akhirnya Airlangga membangun kembali ibukota baru yang bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan.
Pada tahun 1042 Airlangga turun tahta dan menjadi seorang pendeta dengan gelar Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.
Putri Airlangga yang bernama Sanggrawijaya Tunggadewi menolak naik tahta dan lebih memilih menjadi pertapa yang bernama Dewi Kili Suci. Agar tidak terjadi pertumpahan darah akibat dari kedua putranya yang merebutkan kekuasaan, akhirnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk menetapkan perbatasan antara kerajaan timur dan barat yang di batasi oleh Sungai Brantas. Kerajaan timur disebut Jenggala yang letaknya di pusat kerajaan lama yaitu Kehuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan. Dan kerajaan barat dengan nama Kadiri yang berpusat di Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. 
Tidak dijelaskan kapan Airlangga meninggal, hanya dijelaskan bahwa Airlangga dimakamkan di pemadian yang berada di lereng Gunung Penanggungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar