Assalamuaikum, selamat datang di blog saya yang sederhana ini. Kali ini saya akan menulis tentang manusia purba di Indonesia berdasarkan catatan sejarah atau dilihat dari sudut pandang pendidikan sejarah. Jadi jika ada yang keberatan dengan tulisan ini silahkan skip dan jika ada kesempatan dilain waktu saya akan mencoba menuliskan dari sudut pandang lain.
Sumber: gurupendidikan.com |
A. Macam-macam manusia purba di Indonesia
Manusia purba tersebut diduga
merupakan jenis yang tersebar dari berbagai belahan dunia dan menetap di
Indonesia. Setidaknya ada 5 jenis manusia purba di Indonesia, yaitu
Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis, Homo
wajakensis, dan Homo floresiensis. Manusia-manusia purba yang ditemukan di
Indonesia sering juga disebut sebagai Java man atau Manusia Jawa.
Berikut adalah kelima jenis manusia purba di Indoneisa:
1.
Meganthropus paleojavanicus
Sumber: cerdika.com |
Fosil manusia purba jenis
Meganthropus pertama kali ditemukan oleh peneliti kelahiran Jerman-Belanda
Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald di Sangiran pada tahun 1941. Meganthropus
yang ditemukan oleh von Koeningswald diketahui berasal dari masa Pleistosen
awal dan merupakan manusia purba tertua yang ditemukan di Indonesia.
Fosil tersebut dinamakan ‘mega’
karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan fosil-fosil lainnya. Rahang dan
giginya besar, bahkan hampir sama dengan rahang gorila. Meganthropus tersebut
kemudian dikenal sebagai Manusia Sangiran.
Di tahun 1952, seorang peneliti
menemukan fosil rahang bahwa Meganthropus di Sangiran. Kali ini, fosil tersebut
diduga berasal dari masa Pleistosen tengah. Diperkirakan umur fosil tersebut
mencapai 1-2 juta tahun. Spesies ini kemudian dinamakan sebagai Meganthropus
paleojavanicus.
Ciri-cirinya adalah berbadan tegap dengan tonjolan tajam di
kepala. Mereka juga bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
Selain itu, mereka tidak memiliki dagu, tapi memunyai otot kunyah, gigi, dan
rahang yang besar dan kuat.
2.
Pithecanthropus erectus
Sumber: cerdika.com |
Selain Meganthropus, fosil
manusia purba jenis Pithecanthropus juga pernah ditemukan di Indonesia. Pada
tahun 1890, Eugène Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Trinil,
lembah di Bengawan Solo. Selain itu fosil ini juga ditemukan di daerah Perning,
Kedungbrubus, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Berdasarkan lapisan tanah tempat
fosil ditemukan, diduga fosil tersebut berusia 1-2 juta tahun atau hidup ± 700.000-1.000.000 tahun lalu.
Saat itu, fosil yang ditemukan
berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki. Setelah
disusun, fosil tersebut menyerupai kera, tapi berdiri tegak sehingga dinamakan
Pithecanthropus erectus.
Ciri-ciri manusia purba jenis
Pithecanthropus erectus adalah berbadan tegap dengan tulang pengunyah yang
kuat. Selain itu, tinggi badannya berkisar antara 165 hingga 170 cm dengan
berat badan sekitar 100 kilogram. Pithecanthropus erectus mampu berjalan tegak
dan makanan yang dikonsumsi masih kasar dengan minim proses pengolahan.
3.
Homo soloensis
Sumber: seputarilmu.com |
Manusia purba jenis Homo adalah
jenis manusia purba yang paling muda dibandingkan yang lain. Jenis ini pun
pernah ditemukan di Indonesia, salah satunya adalah Homo soloensis.
Diperkirakan manusia purba jenis ini hidup antara 25.000 hingga 40.000 tahun
lalu. Ciri-cirinya adalah tinggi badannya berkisar antara 130-210 cm. Otak
mereka lebih berkembang dibandingkan Meganthropus maupun Pithecanthropus. Otot
kunyah, gigi, serta rahang mereka telah menyusut. Tonjolan pada kening pun
mulai berkurang dan mereka memiliki dagu.
Fosil Homo soloensis sendiri
ditemukan oleh von Koeningswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di lembah
Bengawan Solo tepatnya berada di daerah Ngandong, Blora. Saat itu, mereka
merupakan fosil tengkorak. Karena volume otaknya yang berbeda, mereka menduga
bahwa manusia purba jenis ini bukanlah Pithecanthropus. Diperkirakan hidup
sekitar ± 300.000-100.000
tahun yang lalu.
4.
Homo wajakensis
Sumber: bungdus.com |
Disebut juga sebagai Homo
Sapiens, fosil Homo wajakensis merupakan fosil manusia purba yang pertama kali
ditemukan di Indonesia. Fosil tersebut ditemukan oleh insinyur pertambangan
Belanda BD van Rietschoten. Van Rietschoten menemukannya pada tahun 1888-1889
di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Fosil ini diperkirakan hidup sekitar ± 11.000 tahun yang lalu.
Di tahun berikutnya, Eugène
Dubois menemukan fosil kedua di tempat yang sama. Manusia purba jenis ini sudah
mulai menggunakan alat-alat dari batu dan tulang. Mereka juga sudah memasak
makanan sendiri sebelum dikonsumsi.
5.
Homo floresiensis
Sumber: id.wikipedia.org |
Temuan fosil manusia purba
terbaru adalah Homo floresiensis yang ditemukan di Gua Liang Bua, Flores, pada
tahun 2004. Fosil yang ditemukan berupa kerangka manusia purba berjenis kelamin
wanita beserta beberapa kerangka lainnya.
Homo floresiensis memiliki tinggi
sekitar 100 cm. Lengannya panjang dengan kapasitas kepala 380 cc, menyerupai
simpanse. Tulangnya rapuh dan wajahnya cenderung datar, tidak menonjol. Para
ilmuwan berasumsi bahwa ukuran tubuh mereka yang cebol dikarenakan mereka
terkurung di Pulau Flores selama ribuan tahun, sehingga keturunan mereka
semakin lama semakin kecil.
B.
Corak Kehidupan Manusia Zaman Praaksara
1.
Zaman Paleolitikum
Sumber: genemil.com |
Zaman Batu Tua
(Paleolithikum) diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
lalu. Pada zaman Palelithikum ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar
dan sederhana sekali. Maka jangan heran ketika pada zaman ini, alat-alat yang
dihasilkan belum terlalu halus.
Paleolitikum atau zaman batu tua
disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara
kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya
periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia
pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di
sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan
Ngandong.
Kebudayaan Pacitan pada tahun
1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah
Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara
masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan
nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan,
alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong
(Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).
Peninggalan zaman paleolitikum
beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya adalah kapak
genggam, kapak perimbas, monofacial,alat-alat serpih, chopper, dan beberapa
jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat-alat ini tidak dapat
digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake.
Alat-alat ini dikerjakan secara
sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa
pecahan batu. Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya
adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial,alat-alat serpih, chopper, dan
beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya.
Alat-alat ini tidak dapat
digolongkan kedalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake. Alat-alat ini
dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang
hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil kebudayaan dari zaman
paleolitikum dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Chopper merupakan salah
satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak.
Oleh karena itu, chopper sering
disebut sebagai kapak penetak. Mungkin kalian masih sulit membayangkan
bagaimana cara menggunakan chopper. Misalnya, kalian akan memotong kayu yang
basah atau tali yang besar, sementara kalian tidak memiliki alat pemotong, maka
kalian dapat mengambil pecahan batu yang tajam. Kayu atau tali yang akan
dipotong diletakan pada benda yang keras dan bagian yang kan dipotong dipukul
dengan batu, maka kayu atau tali akan putus. Itulah, cara menggunakan kapak
penetak atau chopper. Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah
flake atau alat-alat serpih.
Hasil kebudayaan ini banyak
ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge
(Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar,terutama untuk mengelupas
kulit umbi-umbian dan kulit hewan. Perhatikan salah satu contoh flake yang
ditemukan di Sangiran dan Cebbenge. Pada Zaman Paleolitikum, di samping
ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti
tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang paha (6
buah) yang diperkirakan dari jenis manusia.
Selama masa paleolitikum tengah,
jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik.
Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis).
Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat
sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan
geraham yang kokoh.
2.
Zaman Mesolitikum
Sumber: jurnalponsel.com |
Mesolithikum juga di sebut zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang di
perkirakan berlangsung pada masa Holosen (10.000 tahun yang lalu). Perkembangan
kebudayaan pada zaman ini berlangsung lebih cepat dari masa sebelumnya. Hal ini
di sebabkan antara lain.
·
Keadaan alam yang sudah lebih stabil, yang
memungkinkan manusia dapat hidup lebih tenang, sehingga dapat mengembangkan
kebudayaannya
·
Manusia pendukungnya adalah dari jenis Homo
sapien, mahluk yang lebih cerdas di bandingkan pendahulunya.
Mesolitikum secara bahasa dapat
diartikan sebagai batu tengah, merupakan tahapan perkembangan masyarakat masa
pra sejarah antara batu tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan peride
sebelumnya, kehidupan berburu atau mengumpulkan makanan. Namun manusia pada
masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam
secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai
(kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abrissousroche) sehingga di lokasi-lokasi
tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
Pada zaman ini manusia telah
mampu membuat gerabah yang di buat dari tanah liat, selain kapak genggam
Sumatra (Sumatralithpebbleculture), alat tulang yang di temukan di Sampung
(boneculture), dan sejumlah flakes yang di temukan di Toala (flakesculture).
Kehidupan manusia semi-sedenter, banyak dari manusia purba yang tinggal di
gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan abrissousroche, dimana banyak
ditemukan tumpukan sampah dapur yang di sebut dengan kjokkenmoddinger.
Manusia pendukung kebudayaan
Mesolithikum adalah bangsa Papua–Melanosoid. Di situs Sampung, dimana di
temukan alat-alat dari tulang, arkeolog Van Stein Callenfels juga menemukan
fosil dari ras Austromelanosoid, yang di perkirakan sebagai nenek moyang suku
bangsa Papua sekarang. Hasil budaya lain yang cukup menonjol pada zaman ini
adalah lukisan gua, yang kemudian banyak di teliti oleh dua orang bersaudara
Roder dan Galis terutama lukisan gua yang ada di daerah Papua. Dari penelitian
tersebut, terdapat bukti bahwa lukisan itu di buat antara lian dengan tujuan.
·
Sebagai bagian dari ritual agama, seperti ucapan
untuk menghormati nenek moyang, upacara inisiasi, upacara memohon kesuburan,
upacara meminta hujan.
·
Untuk keperluan ilmu dukun, seperti tampak pada
gambar binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis.
·
Memperingati peristiwa penting yang terjadi di
lingkungan tempat tinggal mereka.
Lukisan gua ini tersebar hampir
di seluruh kepulauan indonesia terutama di wilayah indonesia bagian timur. Hal
menarik lainnya dari penemuan ini adalah tema dan bentuk lukisan menunjukan
kemiripan antara yang satu dengan lainnya, meskipun lukisan gua tersebut diperkirakan
berkembang sekitar 40.000 tahun SM ini sudah mengenal teknik pewarnaan. Warna
merah berasal dari hematite (oksida besi atau oker merah), putih dari kaolin
(kapur), sementara warna hitam terbuat dari arang atau mangan dioksida.
Lukisan tapak tangan lainnya
ditemukan juga di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan, cap jari tangan warna
merah disana diperkirakan sebagai simbol kekuatan atau lambang kekuatan
pelindung terhadap gangguan roh-roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya
tidak lengkap diperkirakan sebagai ungkapan duka atau berkabung.
Mesolithikum merupakan masa
peralihan di mana cara pembuatan alat -alat kehidupannya lebih baik dan lebih
halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. Dengan adanya
keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung
kebudayaan Mes olithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap
penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal
bangsa Papua Melanosoide.
Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes b erasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina.
3.
Zaman Neolitikum
Sumber: cerdika.com |
Pada zaman batu muda, kehidupan
manusia purba sudah berangsur-angsur hidup menetap tidak lagi berpindah-pindah,
manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih
sangat sederhana. Selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia
purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau
biasa disebut food producing.
Peralatan yang digunakan pada
masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang bentuknya
sangat indah. Peralatan yang diasah pada masa itu ialah kapak lonjong dan kapak
persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat mata panah
dan mata tombak yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.
Perkembangan penting pada zaman
batu muda ialah banyak ditemukannya kapak lonjong dan kapaka persegi dengan
daerah temuan yang berbeda. Kapak persegi banyak ditemukan di wilayah Indonesia
bagian Barat, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara. Adapun
kapak lonjong banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur, seperti
Sulawesi, Halmahera, Maluku dan Papua.
Perbedaan daerah temuan kapak
persegi dan kapak lonjong tersebut diperkirakan karena daerah penyebaran kapak
persegi dan kapak lonjong bersamaan dengan persebaran bangsa Austronesia,
sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang datang sekitar 2000 SM.
4.
Zaman Megalitikum
Sumber: jurnalponsel.com |
Megalitikum berasal dari kata
mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa
disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat
membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar.
Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada
zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih
dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan
ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
Ciri Ciri Zaman Megalithikum
·
Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan
kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.
·
Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman
perunggu.
·
Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya
animisme.
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar
ke indonesia melalui 2 gelombang, yaitu :
·
Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada
zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi
(Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden
berundak-undak,Arca-arca,Statis.
·
Megalithikum Muda menyebar ke Indonesia
pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson
(Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen,
waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian
di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan
batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu
dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus,
tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk
yang diperlukan.
Adapun hasil keudayaan pada zaman
ini adalah sebagai berikut:
·
Menhir
Sumber: id.wikipedia.org |
Menhir dibuat pada zaman
megalitikum dimana masyarakat mulai membangun bangunan atau monument yang
terbuat dari batu. Istilah Menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men
(batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau
berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan
oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan
untuk bumi. Menhir batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan
batuan dari periode megalitikum yang umum ditemukan di berbagai negara seperti
Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia.
·
Punden Berundak
Sumber: satujam.com |
Punden berundak adalah salah satu
hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu
besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan
berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak
pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri.
Tingkat pertama melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat
kedua melambangkan kehidupan didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan
setelah meninggal. Punden Berundak ini banyak ditemukan di Tanah Jawa yang
dapat dikenali pada Candi-candi yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.
·
Dolmen
Sumber: ilmumbahguru.com |
Dolmen adalah meja batu tempat
meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang . Di bawah dolmen
biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan
misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang
mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh
beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya
sisa-sisa penguburan.
·
Sarkofagus
Sumber: idsejarah.net |
Sarkofagus adalah peti kubur
batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat
tonjolan. Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki
berbagai jenis bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang
memiliki motif seperti kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk
kepala manusia memiliki sanggul, bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk
tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya dan patung wanita di
belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu
telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang
memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi,
panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm –
180 cm.
·
Kubur Batu
Sumber. bobo.grid.id |
Kubur Batu adalah peti mati yang
dibentuk dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar,
dan sebuah lantai. Kubur Batu yang paling banyak ditemukan di Indonesia
terdapat di dua daerah, yaitu Sumba dan Minahasa. Bangunan megalitik di Sumba
umumnya berupa kubur batu yang dihiasi arca dan relief-relief menarik.
· Waruga
Kubur Batu Waruga dari daerah
Minahasa juga memiliki cirri khas tersendiri. Waruga berasal dari dua kata,
yaitu waru dan ruga. Dalam bahasa Minahasa, waru artinya rumah dan ruga artinya
badan. Jadi, waruga berarti rumah tempat badan yang akan kembali ke surga.
Bentuk Waruga kebanyakan berupa kotak batu dengan tutupnya yang berbentuk
segitiga. Mirip bangunan rumah sederhana. Hanya sedikit Waruga yang berbentuk
bulat atau segi delapan. Waruga dibuat dari batu utuh yang besar. Berat sebuah
Waruga bisa mencapai 100 kg hingga 400 kg. Beberapa Waruga, terutama yang
berasal dari daerah Tonsea, diukir dengan gambar relief. Gambar relief itu
menunjukkan profesi atau pekerjaan orang tersebut semasa hidupnya.
·
Arca Batu
Sumber: manusialembah.com |
Arca/patung-patung dari batu yang
berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah,
kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan
bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis
seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung
besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu.
Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah
lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan
Jawa Timur
5.
Masa Perundagian: Zaman Logam
Zaman Perundagian berlangsung
pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam esndiri karena
pada saman itu mayoritas peralatan yang digunakan terbuat dari perunggu lalu
besi. Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM.
Disebut Zaman Logam karena mayoritas peralatan dari zaman ini terbuat dari
perunggu lalu besi.
·
Kebudayaan Perunggu
Persebaran kebudayaan perunggu di
Indonesia dilakukan oleh Deutero Melayu. Kebudayaan ini mereka bawa dari Dong
Son, suatu desa di Lembah Song Hong, Vietnam sekarang. Sejak tahun 1000an SM,
desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di Asia. Deutero Melayu
masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil
memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu.
Contoh hasil peninggalan
Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca
perunggu, perhiasan dan senjata perunggu.
·
Kebudayaan Besi
Kebudayaan besi terjadi ketika
keterampilan undagi manusia semakin maju. Membuat peralatan dari besi
membutuhkan keahlian membuat tanur besi, mengolah cairan penghancur bijih besi,
membuat cetakan tempat penuangan cairan pijar besi, dan memandai besi menjadi
peralatan yang dibutuhkan. Kebudayaan besi ditandai dengan munculnya profesi
pandai besi dalam masyarakat.
Peralatan dari besi memang lebih
kuat dibandingkan peralatan perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak,
mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak. Sayangnya, benda peninggalan dari
kebudayaan besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat.
Singkat kata, pada zaman
perundagian masyarakat bukan saja telah menampilkan dan menunjukkan jiwa seni yang
tinggi dimana dapat dilihat berbagai kebudayaan yang dimiliki (seperti arca),
teknologi juga mulai berkembang, yang bisa dilihat dari ditemukannya alat
pembuat bijih logam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar