Jumat, 28 Agustus 2020

Manusia Purba di Indonesia dan Hasil Kebudayaannya

Assalamuaikum, selamat datang di blog saya yang sederhana ini. Kali ini saya akan menulis tentang manusia purba di Indonesia berdasarkan catatan sejarah atau dilihat dari sudut pandang pendidikan sejarah. Jadi jika ada yang keberatan dengan tulisan ini silahkan skip dan jika ada kesempatan dilain waktu saya akan mencoba menuliskan dari sudut pandang lain.

Pengertian Manusia Purba, Sejarah, Ciri, Jenis dan Kehidupan
Sumber: gurupendidikan.com

A.   Macam-macam manusia purba di Indonesia

Manusia purba tersebut diduga merupakan jenis yang tersebar dari berbagai belahan dunia dan menetap di Indonesia. Setidaknya ada 5 jenis manusia purba di Indonesia, yaitu Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia sering juga disebut sebagai Java man atau Manusia Jawa. Berikut adalah kelima jenis manusia purba di Indoneisa:

 

1.      Meganthropus paleojavanicus

√ Meganthropus Paleojavanicus: Sejarah, Ciri, Jenis & Pola Hidup!
Sumber: cerdika.com

Fosil manusia purba jenis Meganthropus pertama kali ditemukan oleh peneliti kelahiran Jerman-Belanda Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald di Sangiran pada tahun 1941. Meganthropus yang ditemukan oleh von Koeningswald diketahui berasal dari masa Pleistosen awal dan merupakan manusia purba tertua yang ditemukan di Indonesia.

Fosil tersebut dinamakan ‘mega’ karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan fosil-fosil lainnya. Rahang dan giginya besar, bahkan hampir sama dengan rahang gorila. Meganthropus tersebut kemudian dikenal sebagai Manusia Sangiran.

Di tahun 1952, seorang peneliti menemukan fosil rahang bahwa Meganthropus di Sangiran. Kali ini, fosil tersebut diduga berasal dari masa Pleistosen tengah. Diperkirakan umur fosil tersebut mencapai 1-2 juta tahun. Spesies ini kemudian dinamakan sebagai Meganthropus paleojavanicus.

Ciri-cirinya adalah berbadan tegap dengan tonjolan tajam di kepala. Mereka juga bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok. Selain itu, mereka tidak memiliki dagu, tapi memunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.

 

2.      Pithecanthropus erectus

√ Pithecanthropus Erectus: Sejarah, Ciri-Ciri & Peninggalannya
Sumber: cerdika.com

Selain Meganthropus, fosil manusia purba jenis Pithecanthropus juga pernah ditemukan di Indonesia. Pada tahun 1890, Eugène Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Trinil, lembah di Bengawan Solo. Selain itu fosil ini juga ditemukan di daerah Perning, Kedungbrubus, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Berdasarkan lapisan tanah tempat fosil ditemukan, diduga fosil tersebut berusia 1-2 juta tahun atau hidup ± 700.000-1.000.000 tahun lalu.

Saat itu, fosil yang ditemukan berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki. Setelah disusun, fosil tersebut menyerupai kera, tapi berdiri tegak sehingga dinamakan Pithecanthropus erectus.

Ciri-ciri manusia purba jenis Pithecanthropus erectus adalah berbadan tegap dengan tulang pengunyah yang kuat. Selain itu, tinggi badannya berkisar antara 165 hingga 170 cm dengan berat badan sekitar 100 kilogram. Pithecanthropus erectus mampu berjalan tegak dan makanan yang dikonsumsi masih kasar dengan minim proses pengolahan.

 

3.      Homo soloensis

Homo Soloensis : Pengertian, Ciri & Kebudayaannya Terlengkap
Sumber: seputarilmu.com

Manusia purba jenis Homo adalah jenis manusia purba yang paling muda dibandingkan yang lain. Jenis ini pun pernah ditemukan di Indonesia, salah satunya adalah Homo soloensis. Diperkirakan manusia purba jenis ini hidup antara 25.000 hingga 40.000 tahun lalu. Ciri-cirinya adalah tinggi badannya berkisar antara 130-210 cm. Otak mereka lebih berkembang dibandingkan Meganthropus maupun Pithecanthropus. Otot kunyah, gigi, serta rahang mereka telah menyusut. Tonjolan pada kening pun mulai berkurang dan mereka memiliki dagu.

Fosil Homo soloensis sendiri ditemukan oleh von Koeningswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di lembah Bengawan Solo tepatnya berada di daerah Ngandong, Blora. Saat itu, mereka merupakan fosil tengkorak. Karena volume otaknya yang berbeda, mereka menduga bahwa manusia purba jenis ini bukanlah Pithecanthropus. Diperkirakan hidup sekitar ± 300.000-100.000 tahun yang lalu.

 

4.      Homo wajakensis

√ Sejarah Homo Wajakensis Beserta Ciri-cirinya (Lengkap)
Sumber: bungdus.com

Disebut juga sebagai Homo Sapiens, fosil Homo wajakensis merupakan fosil manusia purba yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Fosil tersebut ditemukan oleh insinyur pertambangan Belanda BD van Rietschoten. Van Rietschoten menemukannya pada tahun 1888-1889 di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Fosil ini diperkirakan hidup sekitar ± 11.000 tahun yang lalu.

Di tahun berikutnya, Eugène Dubois menemukan fosil kedua di tempat yang sama. Manusia purba jenis ini sudah mulai menggunakan alat-alat dari batu dan tulang. Mereka juga sudah memasak makanan sendiri sebelum dikonsumsi.

 

5.      Homo floresiensis

Homo floresiensis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumber: id.wikipedia.org

Temuan fosil manusia purba terbaru adalah Homo floresiensis yang ditemukan di Gua Liang Bua, Flores, pada tahun 2004. Fosil yang ditemukan berupa kerangka manusia purba berjenis kelamin wanita beserta beberapa kerangka lainnya.

Homo floresiensis memiliki tinggi sekitar 100 cm. Lengannya panjang dengan kapasitas kepala 380 cc, menyerupai simpanse. Tulangnya rapuh dan wajahnya cenderung datar, tidak menonjol. Para ilmuwan berasumsi bahwa ukuran tubuh mereka yang cebol dikarenakan mereka terkurung di Pulau Flores selama ribuan tahun, sehingga keturunan mereka semakin lama semakin kecil.

 

B.     Corak Kehidupan Manusia Zaman Praaksara

 

1.      Zaman Paleolitikum

Kupas Tuntas! Zaman Paleolitikum : Pengertian, Ciri & Hasil Kebudayaan
Sumber: genemil.com

Zaman Batu Tua (Paleolithikum) diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman Palelithikum ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar dan sederhana sekali. Maka jangan heran ketika pada zaman ini, alat-alat yang dihasilkan belum terlalu halus.

Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).

Peninggalan zaman paleolitikum beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial,alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat-alat ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake.

Alat-alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial,alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya.

Alat-alat ini tidak dapat digolongkan kedalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake. Alat-alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Chopper merupakan salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak.

Oleh karena itu, chopper sering disebut sebagai kapak penetak. Mungkin kalian masih sulit membayangkan bagaimana cara menggunakan chopper. Misalnya, kalian akan memotong kayu yang basah atau tali yang besar, sementara kalian tidak memiliki alat pemotong, maka kalian dapat mengambil pecahan batu yang tajam. Kayu atau tali yang akan dipotong diletakan pada benda yang keras dan bagian yang kan dipotong dipukul dengan batu, maka kayu atau tali akan putus. Itulah, cara menggunakan kapak penetak atau chopper. Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat-alat serpih.

Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar,terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan. Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge. Pada Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia.

Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan geraham yang kokoh.

 

 

 

2.      Zaman Mesolitikum

Zaman Mesolitikum: Pengertian, Ciri, Kebudayaan, Kepercayaan, Kehidupan,  Peninggalan
Sumber: jurnalponsel.com

Mesolithikum juga di sebut zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang di perkirakan berlangsung pada masa Holosen (10.000 tahun yang lalu). Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung lebih cepat dari masa sebelumnya. Hal ini di sebabkan antara lain.

·         Keadaan alam yang sudah lebih stabil, yang memungkinkan manusia dapat hidup lebih tenang, sehingga dapat mengembangkan kebudayaannya

·         Manusia pendukungnya adalah dari jenis Homo sapien, mahluk yang lebih cerdas di bandingkan pendahulunya.

Mesolitikum secara bahasa dapat diartikan sebagai batu tengah, merupakan tahapan perkembangan masyarakat masa pra sejarah antara batu tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan peride sebelumnya, kehidupan berburu atau mengumpulkan makanan. Namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abrissousroche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.

Pada zaman ini manusia telah mampu membuat gerabah yang di buat dari tanah liat, selain kapak genggam Sumatra (Sumatralithpebbleculture), alat tulang yang di temukan di Sampung (boneculture), dan sejumlah flakes yang di temukan di Toala (flakesculture). Kehidupan manusia semi-sedenter, banyak dari manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan abrissousroche, dimana banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang di sebut dengan kjokkenmoddinger.

Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua–Melanosoid. Di situs Sampung, dimana di temukan alat-alat dari tulang, arkeolog Van Stein Callenfels juga menemukan fosil dari ras Austromelanosoid, yang di perkirakan sebagai nenek moyang suku bangsa Papua sekarang. Hasil budaya lain yang cukup menonjol pada zaman ini adalah lukisan gua, yang kemudian banyak di teliti oleh dua orang bersaudara Roder dan Galis terutama lukisan gua yang ada di daerah Papua. Dari penelitian tersebut, terdapat bukti bahwa lukisan itu di buat antara lian dengan tujuan.

·         Sebagai bagian dari ritual agama, seperti ucapan untuk menghormati nenek moyang, upacara inisiasi, upacara memohon kesuburan, upacara meminta hujan.

·         Untuk keperluan ilmu dukun, seperti tampak pada gambar binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis.

·         Memperingati peristiwa penting yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka.

Lukisan gua ini tersebar hampir di seluruh kepulauan indonesia terutama di wilayah indonesia bagian timur. Hal menarik lainnya dari penemuan ini adalah tema dan bentuk lukisan menunjukan kemiripan antara yang satu dengan lainnya, meskipun lukisan gua tersebut diperkirakan berkembang sekitar 40.000 tahun SM ini sudah mengenal teknik pewarnaan. Warna merah berasal dari hematite (oksida besi atau oker merah), putih dari kaolin (kapur), sementara warna hitam terbuat dari arang atau mangan dioksida.

Lukisan tapak tangan lainnya ditemukan juga di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan, cap jari tangan warna merah disana diperkirakan sebagai simbol kekuatan atau lambang kekuatan pelindung terhadap gangguan roh-roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap diperkirakan sebagai ungkapan duka atau berkabung.

Mesolithikum merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat -alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung kebudayaan Mes olithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide.

Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes b erasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina.

 

3.      Zaman Neolitikum

√ [Rangkuman Lengkap] Zaman Neolitikum Masanya Food Producing
Sumber: cerdika.com

Pada zaman batu muda, kehidupan manusia purba sudah berangsur-angsur hidup menetap tidak lagi berpindah-pindah, manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana. Selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food producing.

Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang bentuknya sangat indah. Peralatan yang diasah pada masa itu ialah kapak lonjong dan kapak persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat mata panah dan mata tombak yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.

Perkembangan penting pada zaman batu muda ialah banyak ditemukannya kapak lonjong dan kapaka persegi dengan daerah temuan yang berbeda. Kapak persegi banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara. Adapun kapak lonjong banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur, seperti Sulawesi, Halmahera, Maluku dan Papua.

Perbedaan daerah temuan kapak persegi dan kapak lonjong tersebut diperkirakan karena daerah penyebaran kapak persegi dan kapak lonjong bersamaan dengan persebaran bangsa Austronesia, sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang datang sekitar 2000 SM.

 

4.      Zaman Megalitikum

Zaman Megalitikum, Pengertian, Ciri-Ciri, Peninggalan dan Hasil  Kebudayaannya [Lengkap]
Sumber: jurnalponsel.com

Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.

Ciri Ciri Zaman Megalithikum

·         Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.

·         Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu.

·         Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya animisme.

Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke indonesia melalui 2 gelombang, yaitu :

·         Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak,Arca-arca,Statis.

·         Megalithikum Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.

Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

Adapun hasil keudayaan pada zaman ini adalah sebagai berikut:

·         Menhir

Menhir - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumber: id.wikipedia.org

Menhir dibuat pada zaman megalitikum dimana masyarakat mulai membangun bangunan atau monument yang terbuat dari batu. Istilah Menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Menhir batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode megalitikum yang umum ditemukan di berbagai negara seperti Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia.

·         Punden Berundak

Punden Berundak
Sumber: satujam.com

Punden berundak adalah salah satu hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri. Tingkat pertama melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan kehidupan didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. Punden Berundak ini banyak ditemukan di Tanah Jawa yang dapat dikenali pada Candi-candi yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.

·         Dolmen

pengertian dolmen, menhir dan sarkofagus - Ilmumbahguru
Sumber: ilmumbahguru.com

Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang . Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan.

·         Sarkofagus

Ciri, Fungsi Dan Tempat Penemuan Sarkofagus - Idsejarah
Sumber: idsejarah.net

Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan. Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki berbagai jenis bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang memiliki motif seperti kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk kepala manusia memiliki sanggul, bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya dan patung wanita di belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm.

·         Kubur Batu

Waruga, Kubur Batu Minahasa yang Sekarang jadi Tujuan Wisata Sejarah -  Semua Halaman - Bobo
Sumber. bobo.grid.id

Kubur Batu adalah peti mati yang dibentuk dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, dan sebuah lantai. Kubur Batu yang paling banyak ditemukan  di Indonesia terdapat di dua daerah, yaitu Sumba dan Minahasa. Bangunan megalitik di Sumba umumnya berupa kubur batu yang dihiasi arca dan relief-relief menarik.

·         Waruga

Kubur Batu Waruga dari daerah Minahasa juga memiliki cirri khas tersendiri. Waruga berasal dari dua kata, yaitu waru dan ruga. Dalam bahasa Minahasa, waru artinya rumah dan ruga artinya badan. Jadi, waruga berarti rumah tempat badan yang akan kembali ke surga. Bentuk Waruga kebanyakan berupa kotak batu dengan tutupnya yang berbentuk segitiga. Mirip bangunan rumah sederhana. Hanya sedikit Waruga yang berbentuk bulat atau segi delapan. Waruga dibuat dari batu utuh yang besar. Berat sebuah Waruga bisa mencapai 100 kg hingga 400 kg. Beberapa Waruga, terutama yang berasal dari daerah Tonsea, diukir dengan gambar relief. Gambar relief itu menunjukkan profesi atau pekerjaan orang tersebut semasa hidupnya.

·         Arca Batu

Menelisik Jejak Purba di Museum Megalitikum Bondowoso - Manusia Lembah
Sumber: manusialembah.com

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.

Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur

 

5.      Masa Perundagian: Zaman Logam

Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam esndiri karena pada saman itu mayoritas peralatan yang digunakan terbuat dari perunggu lalu besi. Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam karena mayoritas peralatan dari zaman ini terbuat dari perunggu lalu besi.

·         Kebudayaan Perunggu

Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dilakukan oleh Deutero Melayu. Kebudayaan ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, Vietnam sekarang. Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di Asia. Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu.

Contoh hasil peninggalan Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca perunggu, perhiasan dan senjata perunggu.

·         Kebudayaan Besi

Kebudayaan besi terjadi ketika keterampilan undagi manusia semakin maju. Membuat peralatan dari besi membutuhkan keahlian membuat tanur besi, mengolah cairan penghancur bijih besi, membuat cetakan tempat penuangan cairan pijar besi, dan memandai besi menjadi peralatan yang dibutuhkan. Kebudayaan besi ditandai dengan munculnya profesi pandai besi dalam masyarakat.

Peralatan dari besi memang lebih kuat dibandingkan peralatan perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak. Sayangnya, benda peninggalan dari kebudayaan besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat.

Singkat kata, pada zaman perundagian masyarakat bukan saja telah menampilkan dan menunjukkan jiwa seni yang tinggi dimana dapat dilihat berbagai kebudayaan yang dimiliki (seperti arca), teknologi juga mulai berkembang, yang bisa dilihat dari ditemukannya alat pembuat bijih logam.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar