Arya
Wiraraja atau Banyak Wide adalah tokoh pengatur siasat
kejatuhan Kerajaan Singhasari, kematian Kertanagara,
serta bangkitnya Raden Wijaya dalam usaha penaklukan Kadiri tahun 1293 dan
pendirian Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit yang
merdeka tahun 1293. Dari prasasti
Kudadu (1294) diketahui jabatan
Aria Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan
gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka. Pada prasasti
Penanggungan (1296) nama
Wiraraja sudah tidak lagi dijumpai.
Tidak banyak yang diketahui tentang
asal-usul Banyak Wide, apakah ia berasal dari Madura atau Jawa.
Dalam Pararaton disebutkan bahwa ia “dinohaken” atau dijauhkan yang
dapat diartikan sebagai pengangkatan di tempat yang jauh dimana ia tidak
mempunyai relasi kekeluargaan. Akan tetapi, pemilihan kerajaannya ketika
Pulau Jawa dibagi dua dengan Nararya Sanggramawijaya dapat ditafsirkan
sebagai kemauannya sendiri untuk memilih wilayah Lamajang.
Pararaton yang menyebutkan bahwa
ada seorang babatangan yang jika diartikan adalah seorang tukang ramal
atau tokoh spiritual yang menjadi penasihat masalah kenegaraan Kerajaan
Tumapel yang bernama Banyak Wide yang keturunan sesepuh di
desa Nangka. Banyak Wide pada masa pemerintahan Raja Kertanegara ini
masih berusia cukup muda namun merupakan seorang penasihat yang cerdik dan
mumpuni. Banyak Wide dilahirkan pada tahun 1232 saka
sebagaimana disebutkan dalam Babad Pararaton sebagai berikut:
“Sira Banyak Wide atuwuh patang
puluh tiga duk pamalayu”
Artinya: Ia Banyak Wide berumur 43 tahun pada peristiwa
penyerangan Melayu.
Menurut pendapat MM. Sukarto, nama Banyak Wide mempunyai
pengertian yang baik dan mendalam serta sesuai dengan nama pemakainya.
Banyak dapat diartikan sebagai Angsa dan Wide dapat dikaitkan dengan Wida
atau Widya yang berarti ilmu pengetahuan. Dari penggabungan nama
Banyak Wide secara singkat berarti Angsa yang pandai. Dalam
filsafat agama Hindu Waisnawa dikatakan bahwa seorang pendeta yang
berhasil dalam tapanya (Jawa: gentur tapane) dan mampu menghayati hakikat
kehidupan mendapat julukan “Parama-Hamsa” yang artinya angsa yang utama.
Seekor angsa (hamsa) dianggap dapat menyedot sari pati susu dari
air yang dihisapnya. Dalam agama Hindu, angsa atau Hamsa juga
merupakan wahana (kendaraan) Dewa Brahma dan juga Dewi ilmu pengetahuan,
yaitu Dewi Saraswati. Di Pulau Bali, angsa biasanya dikaitkan dengan kasta
Brahmana yang berarti hanya kasta Brahmana saja yang diperbolehkan
memelihara angsa.
Pada awalnya kariernya, Banyak Wide bekerja dan mengabdi
pada Ratu Angabhaya Narasinghamurti yang berasal dari keturunan Ken Angrok
dan Ken Dedes atau dinasti Rajasa (Rajasa Wangsa). Banyak Wide yang
dikenal sebagai seorang Babatangan muda yang handal, Sri Kertanegara
tampaknya membuat perlakuan khusus dengan mempromosikan tokoh muda
ini menjadi Adhipati Madura Timur. Dengan jalan ini, Sri Kertanegara
hendak membuat pengaruh Wangsa Rajasa di Kota Singosari menjadi berkurang
dan kalaupun Banyak Wide sukses membangun Madura baginya merupakan
satu keuntungan dan memberi nama harum pada sang dirinya tanpa
membahayakan wangsanya.
Posisi Banyak Wide sendiri merupakan penasihat
utama Wangsa Rajasa karena kedekatannya dengan keluarga ini
sejak zaman Narasinghamurti dan senantiasa memberi nasihat yang
diperlukan oleh Dyah Lembu Tal sebagai seorang wakil terkemuka dari wangsa
ini. Hal ini diperkuat dengan ikatan pertemanan dan pengabdian keluarga
Banyak Wide, seperti Lembu Sora dan Mpu Nambi yang mengabdi di Daha
dan begitu dekat dengan Nararya Sangramawijaya, sehingga nantinya
akan menjadi pengikut setia dalam perjuangan mendirikan Majapahit.
Arya Wiraraja sendiri pada masa pengangkatan Raja Jayanagara
merupakan tokoh tua yang berumur 77 tahun sebenarnya tidak terlalu ikut
percaturan politik di Majapahit karena secara geografis bukan wilayahnya
dan juga keadaan fisik yang sudah tidak mendukung untuk kegiatan politik.
Arya Wiraraja sendiri meninggal dikarenakan sakit keras dan sampai saat
ini belum diketahui ketepatan tahun tentang meninggalnya Arya Wiraraja.
Sumber:
Hidayat, Mansur, Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Zaman Keemasan Lamajang Tigang Juru. Denpasar: Cakra Press, Juli 2012
Sumber:
Hidayat, Mansur, Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Zaman Keemasan Lamajang Tigang Juru. Denpasar: Cakra Press, Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar