Jumat, 20 September 2013

Arya Wiraraja "Pendiri Kerajaan Lamajang Tigang Juru"

Arya Wiraraja atau Banyak Wide adalah tokoh pengatur siasat kejatuhan Kerajaan Singhasari, kematian Kertanagara, serta bangkitnya Raden Wijaya dalam usaha penaklukan Kadiri tahun 1293 dan pendirian Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit yang merdeka tahun 1293. Dari prasasti Kudadu (1294) diketahui jabatan Aria Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka. Pada prasasti Penanggungan (1296) nama Wiraraja sudah tidak lagi dijumpai.

Tidak banyak yang diketahui tentang asal-usul Banyak Wide, apakah ia berasal dari Madura atau Jawa. Dalam Pararaton disebutkan bahwa ia “dinohaken” atau dijauhkan yang dapat diartikan sebagai pengangkatan di tempat yang jauh dimana ia tidak mempunyai relasi kekeluargaan. Akan tetapi, pemilihan kerajaannya ketika Pulau Jawa dibagi dua dengan Nararya Sanggramawijaya dapat ditafsirkan sebagai kemauannya sendiri untuk memilih wilayah Lamajang.
Pararaton yang menyebutkan bahwa ada seorang babatangan yang jika diartikan adalah seorang tukang ramal atau tokoh spiritual yang menjadi penasihat masalah kenegaraan Kerajaan Tumapel yang bernama Banyak Wide yang keturunan sesepuh di desa Nangka. Banyak Wide pada masa pemerintahan Raja Kertanegara ini masih berusia cukup muda namun merupakan seorang penasihat yang cerdik dan mumpuni. Banyak Wide dilahirkan pada tahun 1232 saka sebagaimana disebutkan dalam Babad Pararaton sebagai berikut:
“Sira Banyak Wide atuwuh patang puluh tiga duk pamalayu”
Artinya: Ia Banyak Wide berumur 43 tahun pada peristiwa penyerangan Melayu.
Menurut pendapat MM. Sukarto, nama Banyak Wide mempunyai pengertian yang baik dan mendalam serta sesuai dengan nama pemakainya. Banyak dapat diartikan sebagai Angsa dan Wide dapat dikaitkan dengan Wida atau Widya yang berarti ilmu pengetahuan. Dari penggabungan nama Banyak Wide secara singkat berarti Angsa yang pandai. Dalam filsafat agama Hindu Waisnawa dikatakan bahwa seorang pendeta yang berhasil dalam tapanya (Jawa: gentur tapane) dan mampu menghayati hakikat kehidupan mendapat julukan “Parama-Hamsa” yang artinya angsa yang utama. Seekor angsa (hamsa) dianggap dapat menyedot sari pati susu dari air yang dihisapnya. Dalam agama Hindu, angsa atau Hamsa juga merupakan wahana (kendaraan) Dewa Brahma dan juga Dewi ilmu pengetahuan, yaitu Dewi Saraswati. Di Pulau Bali, angsa biasanya dikaitkan dengan kasta Brahmana yang berarti hanya kasta Brahmana saja yang diperbolehkan memelihara angsa.
Pada awalnya kariernya, Banyak Wide bekerja dan mengabdi pada Ratu Angabhaya Narasinghamurti yang berasal dari keturunan Ken Angrok dan Ken Dedes atau dinasti Rajasa (Rajasa Wangsa). Banyak Wide yang dikenal sebagai seorang Babatangan muda yang handal, Sri Kertanegara tampaknya membuat perlakuan khusus dengan mempromosikan tokoh muda ini menjadi Adhipati Madura Timur. Dengan jalan ini, Sri Kertanegara hendak membuat pengaruh Wangsa Rajasa di Kota Singosari menjadi berkurang dan kalaupun Banyak Wide sukses membangun Madura baginya merupakan satu keuntungan dan memberi nama harum pada sang dirinya tanpa membahayakan wangsanya.
Posisi Banyak Wide sendiri merupakan penasihat utama Wangsa Rajasa karena kedekatannya dengan keluarga ini sejak zaman Narasinghamurti dan senantiasa memberi nasihat yang diperlukan oleh Dyah Lembu Tal sebagai seorang wakil terkemuka dari wangsa ini. Hal ini diperkuat dengan ikatan pertemanan dan pengabdian keluarga Banyak Wide, seperti Lembu Sora dan Mpu Nambi yang mengabdi di Daha dan begitu dekat dengan Nararya Sangramawijaya, sehingga nantinya akan menjadi pengikut setia dalam perjuangan mendirikan Majapahit.
Arya Wiraraja sendiri pada masa pengangkatan Raja Jayanagara merupakan tokoh tua yang berumur 77 tahun sebenarnya tidak terlalu ikut percaturan politik di Majapahit karena secara geografis bukan wilayahnya dan juga keadaan fisik yang sudah tidak mendukung untuk kegiatan politik.
Arya Wiraraja sendiri meninggal dikarenakan sakit keras dan sampai saat ini belum diketahui ketepatan tahun tentang meninggalnya Arya Wiraraja.



Sumber:
Hidayat, Mansur, Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Zaman Keemasan Lamajang Tigang Juru. Denpasar: Cakra Press, Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar