Liu Bang, seorang petani yang
memenangkan perang saudara dengan saingannya Xiang-Yu, mendirikan dinasti yang
bernama Han (206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para ahli
membagi Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di Chang
An dan Han Timur yang beribu kota di Luoyang.
Dinasti Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok
karena beberapa penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun
105 M oleh seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han
Hedi (88 – 106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar
merombak secara total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia
tulis-menulis.
Pada masa
pemerintahan Kaisar Han Wudi (141 – 87 SM) terjadilah hubungan antara Barat dan
Timur yang dikenal dengan nama jalur sutera. Hubungan ini berawal mula dari
ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian, utusan Han Wudi, guna menjalin hubungan
persekutuan dengan negara-negara lainnya untuk bersama-sama menghadapi serangan
bangsa barbar (Xiongnu). Pada tahun 104, 102, dan 42 SM, tentara Tiongkok
melintasi Pegunungan Pamir, mencapai Ferghana serta bekas Kerajaan Yunani
Sogdiana, di mana mereka mengalahkan pasukan Xiongnu serta Romawi. Setelah
melintasi gurun pasir serta beberapa gunung-gunung tertinggi dunia, pasukan
Wudi telah mencapai tempat-tempat sejauh 3000 km dari ibu kota mereka. Prestasi
ini melampaui jarak maksimal yang telah ditempuh oleh pasukan Romawi. Ekspansi
ini telah membukan jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Jalan raya
sepanjang Jalur Sutera menjadi ramai dan ibu kota Dinasti Han dipenuhi oleh
para pedagang Barat beserta barang-barang mewah yang berasal dari sana.
Penemuan penting
dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 – 139 M)
yang dapat menghitung kekuatan gempa beserta arah asalnya. Peristiwa penting
lainnya pada masa Dinasti Han adalah masuknya Agama Buddha ke Tiongkok.
Berdasarkan
catatan sejarah “San Guo Zhi , Wei Shu ,dan Dong Yi Zhuan.” Ini terjadi pada
masa kekuasaan kaisar dinasti Han Barat yaitu Aidi (1 SM – 6 M) atau tepatnya
tepatnya tahun 2 M. Pada saat itu pejabat Jing Lu menerima duta dari suku Da
Yue yang menyerahkan kitab Fu Tu. Pada abad ke-1 SM mendirikan kerajaan bernama
Gui Xuang. Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni Mopeng) dan Kasyappa
Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi (57 – 75) melalui
utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu dengan mereka di
daerah suku Da Yue. Pada tahun 68 M, mereka tiba di Luo Yang dan tinggal di
vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih) serta menterjemahkan Sutra Empat Puluh Dua
Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Mandarin.
Dalam bidang
sosial Tahun 183 Sebelum Masehi, Kaisar Wendi naik takhta. Selama berkuasanya
Kaisar Wendi dan kemudian Kaisar Jingdi, yaitu putranya antara tahun 156
Sebelum Masehi dan tahun 143 Sebelum Masehi mereka terus menjalankan kebijakan
“pemberdayaan rakyat”, meringankan pajak yang sangat membebani rakyat sehingga
ekonomi Imperium Dinasti Han berkembang makmur.
Kaisar Wudi pada
masa usia lanjutnya menghentikan peperangan dan mengalihkan perhatiannya pada
pengembangan pertanian sehingga ekonomi Dinasti Han Barat terus berkembang.
Setelah itu, Kaisar Zhaodi naik takhta, kemudian terus berusaha mengembangkan
ekonomi dan berkat upayanya itu, Dinasti Han memasuki masa emasnya. Perkembangan
industri kerajinan tangan juga memakmurkan perdagangan dan pada akhirnya
terbukalah Jalan Sutra yang menjembatani pertukaran diplomatik dan perdagangan
antara Dinasti Han dan negara-negara Asia Barat.
Akhir dari Dinasti
Han adalah saat melemahnya para penguasa. Selain itu, hal yang melemahkan
adalah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi misalnya, Pemberontakan Topi
Kuning, kelaliman Dong Zhuo, dan Pertempuran Chibi.
Cao Cao yang
merupakan salah satu menteri pada Dinasti Han berhasil merebut kekuasaan
Dinasti Han dan mendirikan Kerajaan Wei. Hal itu membuat Liu Bei yang merupakan
salah satu keturunan Dinasti Han ingin meneruskan Dinasti Han dengan mendirikan
Negara Shu. Sun Quan yang mulanya adalah seorang jendral juga mendirikan Negara
Wu. Dan sejak saat itu, maka dimulainya era baru yang dinamakan Zaman Tiga
Negara.
Meskipun begitu,
pada era ini tidak ada negara yang berhasil mempersatukan kembali Tiongkok. Dan
pada tahun 264 M, kerajaan Wei jatuh ke tangan Sima Yan yang kemudian
mendirikan Dinasti Jin. Sima Yan kemudian merebut kerajaan Shu dan Wu serta
berhasil mempersatukan Tiongkok.
Setelah Dinasti
Jin runtuh selama beberapa ratus tahun, Tiongkok terpecah kembali menjadi
banyak negara, dimana masa ini merupakan periode yang kacau. Para sejarawan
menyebut jaman ini dengan istilah Dinasti Utara-Selatan. Sebelum runtuh,
Dinasti Jin pada tahun 317 sempat dipaksa melarikan diri ke selatan karena
serangan suku bangsa barbar di utara dan kerajaan mereka di selatan untuk
selanjutnya disebut dengan Jin Timur.
Ilmuwan terkenal
pada masa ini adalah Zu Chongzhi (429-500). Ia berasal dari Dinasti Selatan dan
berhasil menghitung dengan cukup akurat nilai bilangan Ĉ, yakni di antara
3,1415926 dan 3,1415927. Penentuan nilai bilangan Ĉ ini adalah sesuatu yang
luar biasa, mengingat Bangsa Barat baru menemukannya ratusan tahun kemudian
prestasi lain yang dilakukannya adalah membuat penanggalan serta meramalkan
akan terjadinya gerhana bulan pada tanggal 15 September 459.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar